Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 12:42 WIB | Senin, 04 Januari 2016

Hadapi MEA Pemerintah Dinilai Kurang Sosialisasi

Hadapi MEA Pemerintah Dinilai Kurang Sosialisasi
Para pekerja merakit susunan kerangka besi sebagai pondasi bore pile atau tiang pancang untuk proses kontruksi pembangunan jalan layang Ciledug - Kapten Tendean seperti terlihat di Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (1/9). Bidang kontruksi menjadi salah satu sektor yang terancam dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) karena minimnya sertifikasi bagi kontraktor serta tenaga kerja sebagai standar daya saing serta kompetisi dari negara-negara di Asia Tenggara. (Foto-foto: Dedy Istanto)
Hadapi MEA Pemerintah Dinilai Kurang Sosialisasi
Seorang tenaga kerja kontruksi saat mengecek kabel instalasi di lokasi projek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), salah satu sektor yang terancam dalam menghadapi MEA pada tahun ini.
Hadapi MEA Pemerintah Dinilai Kurang Sosialisasi
Para pekerja kontruksi terlihat bersantai di lokasi pembangunan jalan layang bus Transjakarta Ciledug - Tendean yang merupakan salah satu sektor infrastruktur yang paling ketat kompetisinya dalam menghadapi pemberlakuan MEA.
Hadapi MEA Pemerintah Dinilai Kurang Sosialisasi
Para tenaga kerja konstruksi terlihat sibuk berada di lokasi pembangunan MRT Jakarta yang tahun ini harus bersiap menghadapi MEA yang membuat kompetisi semakin ketat.
Hadapi MEA Pemerintah Dinilai Kurang Sosialisasi
Seorang tenaga kerja konstruksi, melintas di areal pembangunan jalan layang Ciledug - Tendean, yang harus siap bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA tahun ini.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah dinilai kurang memberikan sosialisasi dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berlakunya pasar ASEAN tahun ini, membuat kompetisi dan daya saing menjadi ketat.

Minimnya sosialisasi membuat sebagian masyarakat belum memahami konsep MEA tersebut, karena pemerintah masih lamban melakukan proses sosialisasi. Peneliti bidang ekonomi internasional Lembaga Ilmu Peneliti Indonesia (LIPI), Pangky Tri Febiyansyah, mengatakan pada Senin (4/1), kurang 30 persen masyarakat belum paham konsep itu.

Indonesia menjadi salah satu tujuan paling besar bagi tenaga kerja dari negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), termasuk Tiongkok, Jepang, dan India. Pemberlakuan MEA pada tahun ini akan membuat persaingan serta kompetisi negara-negara ASEAN semakin ketat. Selain itu MEA juga membuka arus bebas investasi dan arus bebas modal di kawasan yang merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Tiongkok dan Jepang.

ASEAN yang beranggotakan 10 negara terdiri atas Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja, bersepakat selama hampir dua dekade dalam membentuk pasar tunggal. Kesepakatan yang dihadiri para pemimpin Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara itu merupakan langkah dalam meningkatkan sekaligus menyaingi negara Tiongkok dan India untuk menarik investasi. Sektor yang akan terasa dalam menghadapi persaingan serta kompetisi MEA di antaranya bidang kontruksi, perdagangan jasa dan barang, profesi, tenaga kerja buruh, manufaktur, dan infrastruktur. (Ant

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home