Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 07:42 WIB | Kamis, 04 Juni 2020

Hadapi Protes, Pentagon Pindahkan 1.600 Tentara ke Washington DC

Kendaraan militer AS di Washington DC. (Foto: AFP)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Pentagon telah memindahkan sekitar 1.600 tentara Amerika Serikat ke wilayah Washington DC, kata Pentagon pada hari Selasa (2/6), setelah beberapa malam protes keras terjadi di kota itu.

"Elemen-elemen tugas aktif ditempatkan di pangkalan militer di Wilayah Capitol Nasional, tetapi tidak di Washington DC," kata juru bicara Pentagon, Jonathan Rath Hoffman dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan pasukan berada pada "status siaga tinggi," tetapi "tidak berpartisipasi dalam dukungan pertahanan untuk operasi otoritas sipil."

Ketidaksetaraan Endemik

Sementara itu, pejabat tinggi hak asasi manusia PBB mengatakan bahwa protes di kota-kota AS dipicu oleh pembunuhan George Floyd menggarisbawahi "kekerasan polisi" terhadap orang-orang kulit berwarna, dan ketidaksetaraan bersejarah dalam akses ke kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.

Pandemi COVID-19 memiliki "dampak yang menghancurkan" pada orang-orang keturunan Afrika dan etnis minoritas di Brasil, Inggris, Prancis dan Amerika Serikat, kata Michelle Bachelet menambahkan dalam sebuah pernyataan yang menyerukan peningkatan akses ke pengujian dan perawatan kesehatan untuk ras dan etnis minoritas.

"Virus ini mengungkap ketidaksetaraan endemik yang sudah terlalu lama diabaikan. Di Amerika Serikat, protes yang dipicu oleh pembunuhan George Floyd menyoroti tidak hanya kekerasan polisi terhadap orang kulit berwarna, tetapi juga ketidaksetaraan dalam kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan diskriminasi rasial yang endemik," kata Bachelet.

Setidaknya lima perwira polisi AS terkena tembakan selama protes keras atas kematian Floyd pada 25 Mei dalam tahanan polisi, beberapa jam setelah Presiden Donald Trump mengatakan ia akan mengerahkan militer jika kerusuhan tidak berhenti. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home