Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 19:55 WIB | Kamis, 21 Agustus 2014

HRW: Pembunuhan Wartawan Foley adalah Kejahatan Perang

• Wartawan James Foley juga mendokumentasikan pelanggaran HAM
• 69 Wartawan meninggal di Suriah selama perang saudara: NIIS juga culik dan bunuh warga sipil
Wartawan James Foley (kiri) ketika mendokumentasikan dengan video kejadian di Sirte, Libya pada 29 September 2011. (Foto: dari HRW)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM -  Eksekusi terhadap wartawan freelance asal Amerika Serikat, James Foley, pada Selasa (19/8) oleh Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) adalah kejahatan perang. Demikian dikemukakan Human Right Watch (HRW), mengatakan hari Rabu (20/8).

Lembaga aktivis hak asasi manusia ini mendesak agar kelompok yang menahan wartawan  untuk segera membebaskan tanpa syarat.

NIIS atau ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang sebelumnya dikenal sebagai Islamic State of Iraq and Levant (ISIL) merilis sebuah video yang mengakui mengeksekusi Foley. Kelompok ini juga mengatakan menangkap wartawan warga negara AS lainnya, Steven Sotloff dan nasibnya tergantung pada langkah-langkah kebijakan AS terhadap kelompok ekstremis itu.

Menurut HRW, pPembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil dan penyanderaan selama konflik bersenjata adalah kejahatan perang.  "James pergi ke Suriah karena komitmennya untuk mengekspos kengerian yang dialami warga sipil sejak pemberontakan  terjadi terhadap pemerintah di sana," kata Peter Bouckaert, Direktur Keadaan Darurat HRW.

"Dia, seperti wartawan lainnya yang kini ditahan di Suriah, dengan berani mempertaruhkan nyawanya agar dunia bisa mengetahui kebenaran dan bertindak untuk meringankan penderitaan rakyat Suriah,” kata dia.

Memuat Film Dokumen

Foley hilang di Suriah sejak 22 November 2012.  Meskipun ada upaya yang gigih dari keluarganya, termasuk kampanye global untuk membebaskan dia, sangat sedikit yang diketahui tentang situasi dan keberadaannya selama periode penculikannya, termasuk kelompok yang menahannya.

Dalam eksekusi  yang dipublikasikan, NIIS mengklaim bahwa pembunuhannya adalah pembalasan atas intervensi militer AS terhadap kelompok mereka di Irak.

Sebelum diculik, Foley bekerja sebagai wartawan independen di Timur Tengah selama lima tahun. Dia meliput konflik di Afghanistan, Libya, dan Suriah untuk GlobalPost, Agence France-Presse (AFP), dan kantor berita internasional lainnya.

Selain sebagai jurnalis, Foley membantu HRW dengan video untuk mendokumentasi pelanggaran hak asasi manusia. Dia juga salah satu anggota tim darurat HRW dalam pembuatan film dokumenter  "E-Team".

69 Wartawan Meninggal di Suriah

Komite Perlindungan Jurnalis (Committee to Protect Journalists) mengidentifikasi Suriah sebagai negara paling berbahaya di dunia bagi wartawan. Data lembaga ini menyebutkan setidaknya 69 wartawan meninggal  ketika meliput konflik di sana, dan lebih dari 80 telah diculik, termasuk sekitar 20 yang masih hilang.

Lembaga ini mengkhawatirkan beberapa dari mereka ditahan NIIS. HRW dan organisasi lain juga telah mendokumentasikan puluhan kasus di mana pasukan pemerintah telah menahan wartawan.

HRW meminta, pemerintah dan kelompok bersenjata non-pemerintah harus segera membebaskan mereka dan berhenti  menangkap mereka secara sewenang-wenang,  menculik wartawan serta aktivis hak asasi manusia, pekerja  kemanusiaan, dan profesional medis, karena pekerjaan  mereka yang sah.

Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2139 menuntut pembebasan semua orang yang ditahan sewenang-wenang di Suriah.

NIIS Culik Warga Sipil

Selain penculikan wartawan, HRW juga mendokumentasikan penculikan warga sipil di Suriah oleh NIIS, termasuk kepada komunitas Alawit dan Kurdi. Kelompok jihadis ini juga bertanggung jawab untuk eksekusi warga sipil di Suriah. Pada 29 Mei, menurut laporan dari responden pertama dan pejabat Kurdi setempat, pasukan NIIS memasuki desa Al-Taliliya dekat Ras Al-Ayn di Suriah utara, dan tanpa perlawanan mereka mengeksekusi sedikitnya 15 warga sipil, termasuk tujuh anak.

Pada 17 Agustus, laporan media menyebutkan kelompok jihadis ini mengeksekusi sebanyak 700 anggota suku al-Sheitaat di provinsi Deir al-Zour, banyak dari mereka warga sipil.

"Pembunuhan terhadap Foley oleh NIIS dilakukan untuk membuat poin politik adalah tindakan pengecut, kontras dengan keberanian dan kemanusiaan Foley," kata Bouckaert dan menambahkan bahwa  HRW menyatakan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Foley untuk kehilangan tragis saudara dan putra mereka.

"Sementara Foley meninggalkan warisan yang akan menginspirasi dunia, pembunuhnya akan bergabung dengan barisan orang-orang yang tidak memberikan apa-apa, kecuali rasa malu pada diri mereka sendiri."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home