Loading...
INSPIRASI
Penulis: Darwin Darmawan 06:35 WIB | Kamis, 04 Oktober 2018

Imanuel

Dalam konteks Indonesia, siapa pun kita kita bisa dipakai Allah untuk menyatakan kuasa penyelamatan-Nya.
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis, L). (Foto: Nursery Live Wikipedia)

SATUHARAPAN.COM – Imanuel berarti Allah menyertai kita (Mat. 1:22). Malaikat mengatakan, kelahiran  bayi Yesus akan disebut orang sebagai Imanuel. Mengapa bayi Yesus disebut sebagai tanda penyertaan Allah kepada manusia? Apa yang bisa dilakukan bayi Yesus untuk menyertai dan menyelamatkan manusia?

Saya merenungkan pertanyaan tersebut cukup lama. Sampai tulisan ini jadi, saya belum menemukan kepastian jawabnya. Saya hanya bisa menduga beberapa kemungkinannya.

Pertama, penyertaan Allah memang tidak selalu terlihat besar, kuat,  gagah dan luar biasa. Allah bisa menyertai manusia dalam hal yang biasa dan dianggap sederhana. Nafas kita contohnya. Alkitab mengatakan, nafas berasal dari Dia (Kej. 2:7). Tanpanya, kita tidak bisa hidup. Jadi,   nafas yang sering kita anggap biasa sesungguhnya bukti dari penyertaan Allah. Bayi Yesus memang tidak berdaya dan dianggap tidak wah. Akan tetapi,  sesungguhnya Ia adalah inkarnasi Allah. Ia hadir untuk menyertai kita.

Kedua, penyertaan dan penyelamatan Allah memang sebuah proses. Sebelum Yesus lahir, Matius mencatat ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan Babel, dan 14 keturunan dari pembuangan Babel sampai kelahiran Kristus (Mat. 1:17). Dalam waktu yang lama tersebut, umat Tuhan juga dizinkan mengalami berbagai macam pergumulan, kesulitan, dan tantangan. Artinya, karya penyelamatan Allah di dalam dan melalui Kristus tidak instan. 

Allah bukanlah Allah yang  menyelamatkan dengan cara instan. Ia mengizinkan umat-Nya berproses, melewati berbagai macam pergumulan hidup, supaya benar-benar siap menerima karya penyelamatan-Nya di dalam bayi Yesus. Inkarnasi Allah di dalam bayi Yesus menunjukkan, Allah mengundang manusia terlibat untuk merawat penyelamat-Nya, bayi kecil Yesus. Supaya apa? Supaya manusia ikut  bertanggung jawab dalam memyelamatkan dunia. Ya, Allah tidak menghendaki umat-Nya menjadi pribadi yang malas, pasif, dan hanya mau terima beres karya penyelamatan-Nya.

Terakhir, Allah memang sengaja menunjukkan kedahsyatan kuasa-Nya melalui kehadiran bayi Yesus yang terkesan ringkih dan tidak berdaya. Kita tahu, Yesus juga dikenal anak tukang kayu ( Mat 13:55). Jadi, Ia tidak berasal dari kalangan atas. Juga bukan agamawan. Ia orang biasa. Statusnya bahkan  dianggap ”pinggiran” oleh orang sezaman-Nya. Namun, justru dengan itu Allah mau menunjukkan kedahsyatan kuasa dan kasih-Nya. Apa yang dianggap kecil, lemah, biasa-biasa oleh dunia,  sesungguhnya merupakan pribadi yang akan menyelamatkan umat-Nya. 

Tiga alasan tersebut memiliki benang merah: Allah bisa hadir di dalam dan melalui pribadi yang dianggap manusia sebagai pribadi yang biasa, kecil, dan tidak berdaya. Allah bisa hadir di dalam rakyat kebanyakan yang sering terlihat bodoh dan tidak punya kekuatan.  Melalui pribadi seperti itu, orang yang merasa kuat, hebat, pintar dan mampu akan malu karena Tuhan malah memilih orang yang mereka anggap kecil dan biasa.  Tuhan juga akan menyadarkan mereka yang sombong agar tidak pernah menganggap rendah mereka yang kecil, biasa, ringkih, dan tidak berdaya. 

Itu berarti, dalam konteks Indonesia, siapa pun kita kita  bisa dipakai Allah untuk menyatakan kuasa penyelamatan-Nya. Kita perlu berproses bersama Dia, agar bangsa kita benar-benar mengalami kuasa penyelamatan-Nya. 

Imanuel. Ia menyertai kita. Ia hadir  di dalam hal yang kita anggap kecil, sederhana atau biasa-biasa. Ia hadir di dalam dan melalui hidup saya dan Saudara.

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home