Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 17:16 WIB | Selasa, 08 September 2015

Imelda Wiguna: Pak Jokowi Jangan Hanya Urusi Politik

Pebulu tangkis senior Imelda Wiguna beberapa saat setelah menjawab pertanyaan satuharapan.com. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Imelda Wiguna, pebulu tangkis putri legendaris, berharap dalam peringatan Hari Olah Raga Nasional (Haornas) 2015 pemerintah Presiden Joko Widodo jangan melupakan hal-hal yang dianggap kurang penting, karena terlalu banyak masalah politik yang membuat bangsa Indonesia seolah-olah menjadi carut-marut.

“Saya berharap kalau bisa pak Jokowi (Presiden Joko Widodo, red) sekarang jangan kayak masa lalu, kalau dulu memang mikir masalah politik melulu rebutan kursi, sampai korupsi kepala daerah. Sampai-sampai mereka lupa kalau banyak masalah yang belum diurus, hal-hal yang sepertinya kecil tetapi penting seperti olahraga, kesenian, dan kebudayaan,” kata Imelda kepada satuharapan.com, hari Senin (7/9) di Gelanggang Olah Raga Bulu Tangkis Rudy Hartono, Ragunan, Jakarta.

Imelda menyebut peringatan Hari Olah Raga Nasional (Haornas) setiap tanggal 9 September dapat terasa mubazir, apabila tidak disertai perubahan sikap yang mendasar  dari pemerintah yang berhubungan dengan pendidikan, olah raga, kesenian, dan kebudayaan.

 “Kalau gitu namanya ya sama saja bohong, nothing, peringatan itu kan namanya diingatkan, namanya mengingatkan, ya kalau cuma diingat-ingat aja tidak ada perubahan yang dilakukan kan nggak ngefek,” kata dia.  

Imelda menyebut yang namanya olahraga,  kesenian, kebudayaan merupakan salah satu aspek yang dapat membanggakan sebuah bangsa, apabila di domain politik dan ekonomi suatu negara dalam keadaan terpuruk.

“Kalau berbicara falsafah hidup dan kebanggan bangsa, kita nggak mau sombong-sombongan lho. Sama seperti tentara, kita ini langsung hadap-hadapan sama musuh, lho. Karena yang kita kalahin di lapangan ini tentu bukan lawan sembarangan, dan itu sudah pasti kerja keras,” Imelda mencontohkan.

Imelda memberi contoh banyak negara-negara yang secara perekonomian dan politik tidak terkemuka di dunia, namun memiliki satu atau dua sosok, bahkan satu tradisi olah raga yang dikenal mendunia. “Coba kita lihat sekarang Usain Bolt (pelari putra Jamaika, red) ? Dia asalnya dari mana coba, nah sekarang kalau di politik atau ekonomi dunia, Jamaika itu negara apaan?,” Imelda memberi contoh.

“Coba deh lihat Carolina Marin, dia datang dari Spanyol yang tidak terkenal bulu tangkis. Gara-gara dia (Carolina Marin, pebulu tangkis tunggal putri Spanyol, red) sekarang popularitas bulu tangkis di Spanyol meningkat,”  Imelda memberi contoh.

“Sekarang kita lihat Brasil, kan sekarang itu negara berkembang. Tapi lihat sepak bolanya, selalu ada talenta baru kan di dunia ?” kata dia.

Imelda memberi contoh tersebut sebagai bahan pertimbangan pemerintah karena satu atau dua sosok yang dapat membanggakan sebuah negara namun benar-benar diberi perhatian pemerintah.

“Sorry to say daripada kita ngributin politik yang malah udah makan duit banyak, apa nggak lebih baik uang itu untuk anak-anak ini yang mengharumkan nama bangsa dan negara,” kata dia.

Imelda mengatakan karena dia berkecimpung di bulu tangkis, maka tentu dia berharap bulu tangkis maju selangkah. Namun sebagai seorang yang juga bergaul dengan atlet-atlet di cabang lain dia mengingatkan pemerintah tidak hanya memberi perhatian ke cabang olah raga populer,  juga cabang olah raga yang membutuhkan sponsor.

Imelda menginginkan bahwa apabila ada atlet yang kurang berprestasi di olah raga, namun mengetahui  manajemen dan organisasi olah raga maka pemerintah jangan ragu-ragu merekrut atlet tersebut.

Ngurusi olah raga yang ideal ya dari dalam (atlet cabang olah raga yang bersangkutan, red), jangan dari orang luar. Karena ngurus olah raga itu kita nggak bisa nyambi (diselingi mengurusi kegiatan yang lain, red). Kalau bisa harus ada totalitas dan dari dalam hati,” kata dia.

Hari Olah Raga Nasional

Hari Olah Raga Nasional diperingati di Indonesia setiap tanggal 9 September setiap tahun, tanggal tersebut dipilih sebab merupakan  hari pertama penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional (PON) 1948. 

Pembukaan PON pertama diresmikan oleh Presiden Pertama Indonesia, Ir.Soekarno dan acara penutupannya dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX Selaku Ketua Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) (sebelum bergabung dengan KONI dan sejak 2007 menjadi Komite Olimpiade Indonesia).

Kala itu PON diikuti  sekitar 600 atlet. PON pertama mempertandingkan sembilan cabang olah raga antara lain Atletik, Lempar Cakram, Bulu Tangkis, Sepak Bola, Tenis, Renang, Pencak Silat, Panahan dan Bola Basket dengan jumlah total medali (emas, perak, perunggu) yang diperebutkan sebanyak 108 medali.

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home