Loading...
EDITORIAL
Penulis: Redaksi Editorial 15:09 WIB | Senin, 20 Mei 2013

Ironi di Sekitar Pemberian World Stateman Awards

Warga Ahmadiyah di Tasikmalaya dengan rumahnya yang diserang oleh kelompok intoleran beberapa pekan lalu. (Foto: dokumentasi)

SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri, Marti Natalegawa, menyebutkan bahwa protes terhadap rencana pemberian penghargaan World Stateman Awards oleh Appeal Conscience Founsdation  kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ironi. Di satu sisi ada pihak luar yang memberikan apresiasi, tetapi di sisi lain, dari dalam negeri, justru menyampaikan protes.

Kamus  Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan kata ironi  bermakna suatu  kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir. Dalam konteks ini, pemberian penghargaan itu memang sebuah ironi.

Namun ironi itu bukan hanya  “kegembiraan” rakyat yang diharapkan tidak muncul, dan sebaliknya justru yang muncul adalah protes dan keprihatinan. Oleh karena itu, ironi dalam masalah ini tidak cukup  dikaitkan dengan sikap masyarakat yang protes, tetapi juga berbagai ironi yang menyekitari masalah-masalah penghargaan ini dan situasi yang dialami masyarakat.

Ironi  memang mengandung makna paradoks, dan masalah kebebasan beragama dan hak azasi manusia di Indonesia terlalu banyak menunjukkan gap antara harapan dan kenyataan, terutama antara apa yang diharapkan dilakukan oleh pemerintah dan apa yang nyata dilakukan oleh pemerintah (yang dalam hal ini tidak melakukan tindakan tegas).

Ketika negara dengan dasar dan amanat konstitusi  diharapkan melindungi hak-hak rakyat, justru membiarkan, bahkan terlibat dalam perampasan hak rakyat adalah ironi.  Ketika kepala negara bersumpah dan diharapkan menegakkan konstitusi, justru diam saja ketika konstitusi dilecehkan oleh kelompok intoleran dan pemerintah daerah adalah ironi. Ketika menyebutkan telah berupaya untuk  memperbaiki situasi kebebasan beragama, tetapi kenyataan kasus yang ada dibiarkan dan diam ketika kasus baru muncul adalah ironi.

Bukakah ketika rumah ibadah disegel, diruntuhkan; ketika orang dipenjara disakiti atau dibunuh karena keyakinan agamanya adalah ironi? Dan merupakan ironi yang sekaligus kepahitan, karena justru terjadi di negera berdasar Pancasila.

Dalam kaitan dengan ACF, sebuah lembaga yang menyatakan diri bekerja untuk kebebasan beragama dan hak azasi manusia memberikan penghargaan kepada pemimpin di mana masyarakatnya bergumul dengan tindakan kekerasan dan intoleran juga  adalah ironi. Demikian juga ketika lembaga ini memutuskan pemberian penghargaan kepada  Susilo Bambang Yudhoyono tanpa meminta informasi dari representasi rakyat Indonesia adalah ironi.

Ironi-ironi selalu menimbulkan pertanyaan. Dan hal itu yang sekarang muncul di kalangan rakyat. Motivasi apa ACF memberikan penghargaan? Inisiatif siapakah ini dan atas dasar apa? Apakah delegasi dari Indonesia yang disebutkan bertemu pada 4 Februari 2013 di kantor ACF di New York ini yang “sangat mengharapkan” penghargaan. Siapakah mereka? ACF dan pemerintah Indonesia pun tidak penah menyebutkan. Foto yang ditampilkan oleh ACF pun menyembunyikan sosok delegasi tersebut. Bukankah ini juga ironi?

Penghargaan World Stateman Awards oleh ACF  setiap tahun sejak 2002 selalu diberikan pada bulan September atau Oktober, keculi kepada Nicolas Sarkozy (Presiden Prancis) untuk tahun 2010 yang penyerahannya tertunda. Penghargaan itu diberikan pada Mei 2011 dan diwakilkan oleh Kedubesnya.

Mengapa untuk SBY penghargaan diberikan pada Mei tahun ini dan dipercepat.  Pihak Istana menyebutkan karena bersamaan dengan kujungan Presiden ke New York  dalam kaitan sidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Bukankah itu merupakan pertanyaan yang bukan sekadar masalah waktu?

Apapun yang kemudian terjadi pada 30 Mei mendatang di New York, akan terus bertambah berbagai ironi yang menyekitarinya. Dan semakin menjadi ironi, karena justru bukan direspons untuk mendorong perbaikan, tetapi berkecenderungan menyalahkan sikap kelompk kritis. Bukankah ini juga ironi?


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home