Israel Larang Non Muslim Kunjungi Kompleks Al Aqsa Sampai Akhir Ramadhan

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Pengunjung non Muslim, turis dan Yahudi akan dilarang dari kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem sampai akhir bulan suci Ramadhan, sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa (11/4).

Serangan polisi Israel di lokasi tersebut pekan lalu memicu serangan roket ke Israel dari Gaza, Lebanon dan Suriah yang ditanggapi dengan serangan Israel. Pada tahun-tahun sebelumnya Israel telah melarang kunjungan Yahudi ke kompleks tersebut dalam 10 hari terakhir Ramadan.

Tembak Dua Pria Palestina Bersenjata

Sementara itum dilaporkan bahwa tentara Israel menembak mati dua pria bersenjata Palestina yang melepaskan tembakan ke sebuah pos militer di dekat pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa, kata menteri pertahanan Israel.

"Operasi sukses mereka mencegah serangan terhadap warga Israel," kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, militer mengatakan pasukannya "menetralisir" dua pria bersenjata dan menemukan senapan dan pistol di tempat kejadian. Tidak ada komentar segera dari pejabat Palestina.

Kekerasan Israel-Palestina telah melonjak tahun ini, dengan seringnya serangan militer di tengah serentetan serangan Palestina.

Lebih dari 90 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah pejuang dalam kelompok militan tetapi beberapa dari mereka warga sipil, telah tewas dan setidaknya 19 warga Israel dan asing tewas sejak Januari.

Ketegangan semakin tinggi saat bulan suci Ramadhan dan Paskah Yahudi bertepatan. Serangan polisi Israel di kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem pekan lalu memicu serangan roket ke Israel yang ditanggapi dengan serangan Israel di Gaza, Lebanon selatan, dan Suriah.

Pada hari Jumat, tersangka pria bersenjata Palestina membunuh seorang ibu Israel-Inggris dan dua putrinya dan serangan serudukan beberapa jam kemudian menewaskan seorang turis Italia. Pada hari Senin, seorang remaja Palestina tewas dalam serangan Israel. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti