Loading...
SMASH AYUB
Penulis: Ayub Yahya 16:47 WIB | Senin, 20 Agustus 2018

Jabatan

Ilustrasi. Bidak catur. (Foto: pixabay)

SATUHARAPAN.COM - Dari hiruk pikuk pilkada yang sudah lalu, dan pilpres yang mulai ramai dan memanas, kita dapat melihat:

 

Ada orang yang mengejar jabatan sekadar untuk memenuhi ambisi dan kebanggaan pribadi. Karenanya yang ia tawarkan cuma imajinasi, bukan visi. Dan tanpa mengukur diri pula; apakah dirinya mampu atau tidak mengemban jabatan itu.

 

Ada orang yang mengejar jabatan untuk memperkaya diri dan keluarga. Karenanya ia akan menghalalkan segala secara; mulai dari menyikut kanan kiri, melacurkan hati nurani dan akal sehat, sampai menjual Tuhan dan agama.

 

Ada orang mengejar jabatan semata-mata untuk berbisnis. Karenanya ia rela mengeluarkan modal berapa pun, dengan harapan kelak bisa dapat untung sebesar-besarnya. Setidaknya break even.

 

Ada orang yang mengejar jabatan untuk mengabdi; berpartisipasi dan berkontribusi bagi kemajuan negeri dan kesejahteraan rakyat. Maka ketika ia kemudian jadi pejabat, gaya hidupnya tidak berubah. Keluarganya pun tidak lantas aji mumpung. Ia akan fokus pada kerja dan kerja. Sebab baginya jabatan yang disandangnya adalah amanah.

 

Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa mengejar jabatan itu oke-oke saja. Yang menjadi soal adalah, apa motivasinya?! Motivasi itulah pada akhirnya akan menentukan, bagaimana kelak bila jabatan itu berada di tangan kita; menjadi berkat atau malah menjadi laknat?!

 

 

 

Editor: Tjhia Yen Nie

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home