Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 15:01 WIB | Selasa, 19 April 2016

Jalak Bali, Si Cantik Maskot Pulau Dewata

Jalak bali atau curik bali (Leucopsar rothschildi). (Foto:balimedia.info)

SATUHARAPAN.COM – Nama Bali melekat pada spesies jalak ini, karena memang di alam hanya ditemukan di Bali. Keberadaannya yang endemik, di Taman Nasional Bali Barat, juga penampilan fisiknya yang putih melambangkan kemurnian dan kesucian, mengantar burung jalak bali, pada 1991ditetapkan menjadi maskot Provinsi Bali.

Jalak bali adalah sejenis burung berkicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm. Jalak bali memiliki bulu putih di seluruh tubuhnya, kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah, dan bagian kaki berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa, hanya dibedakan oleh jambul.

Bali mynah, sebutannya dalam bahasa Inggris, memiliki nama ilmiah Leucopsar rothschildi. Ditemukan pertama kali pada 1910, nama itu diambil dari nama ahli Inggris, Walter Rothschild, yang, seperti dikutip dari wikipedia.org, kemudian mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Berdasarkan klasifikasi ilmiahnya, jalak bali masuk dalam kelas Aves, ordo Passeriformes, dan suku Sturnidae.

Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak bali menjadi salah satu burung yang paling diminati  kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas, menyebabkan populasinya cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat.

Jalak bali masuk dalam daftar satwa dengan status kritis di dalam IUCN Red List, serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.

Data lembaga BirdLife menyebutkan populasi jalak bali hanya sekitar 50 ekor di alam liar Taman Nasional Bali Barat.

Data tahun 2010 menyebutkan lebih banyak jalak bali hidup di dalam sangkar penangkaran, sekitar 1.000 ekor, dibandingkan di alam liar. Ketika pertama kali diidentifikasi pada tahun 1910, diperkirakan 300-900 ekor hidup di alam liar. Pada 1990 akibat penangkapan, jumlahnya di alam liar berkurang hingga tersisa 15 ekor. Pada 2001, jalak bali hampir punah di alam liar, jumlahnya anjlok hingga tinggal 6 ekor. Pelepasliaran meningkatkan jumlahnya hingga 24 ekor pada 2005. Pada 2008 diperkirakan hanya terdapat 50 ekor di Taman Nasional Bali Barat.

Meskipun bukan habitat aslinya, upaya introduksi melalui pelepasliaran dilakukan di Pulau Nusa Penida. Pada tahun 2009, tercatat 65 ekor burung dewasa dan 62 ekor anak burung jalak bali hidup di Nusa Penida.

Upaya Konservasi

Mencegah pesatnya penurunan populasi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak bali.

Bali Safari and Marine Park, contohnya, seperti dapat dibaca di situs resminya, bekerja sama dengan Yokohama Conservation and Research Center, melakukan upaya penangkaran dan pelepasliaran burung ini kembali ke alam. Pada 2010, kedua lembaga itu berhasil menangkarkan 10 ekor jalak bali.

Upaya konservasi juga dilakukan oleh Taman Safari Indonesia, yang bergabung dengan Wildlife Conservation Forum (FOKSI, Forum Konservasi Satwa Liar) dan Bali Mynah Conservation Society (APCB, Asosiasi Pelestari Curik Bali), untuk meningkatkan populasi jalak bali di alam. Pada 2007, 56 ekor jalak bali dilepasliarkan di alam di Taman Nasional Bali Barat. Upaya yang sama dilakukan pada tahun 2009, dengan melepasliarkan 34 ekor di tempat yang sama.

Pada Juni 2011, dilepasliarkan sepasang jalak bali ke alam, sementara itu 15 pasang diserahkan kepada lembaga penangkaran.

Jalak bali hasil penangkaran akan mendapatkan nomor "tagging" di sertifikat penangkaran burung yang dikeluarkan oleh tempat penangkaran resmi, untuk mengetahui silsilah dan urutan generasi burung yang dilindungi oleh pemerintah itu. Sebuah cincin akan ditempelkan di masing-masing kaki jalak bali hasil penangkaran, sesuai dengan nomor tagging di sertifikat burung.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home