Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Reporter Satuharapan 13:23 WIB | Jumat, 14 Desember 2018

Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung Baru 85% Pembebasan Lahan

Pekerja menyelesaikan konstruksi terowongan Walini proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (21/3/2018). Plt Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwi Windarto mengatakan saat ini pekerjaan konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung sudah dimulai di beberapa lokasi, dan pembangunannya sudah mencapai 5 persen dari target penyelesaian proyek tahun 2020. (ANTARA /M Agung Rajasa) (Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pembebasan lahan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 85 persen, kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri.

"Lahan sampai saat ini sekitar 85 persen sudah dikuasai," kata Zulfikri usai Konferensi Pers Akhir Tahun 2018 di Jakarta, Kamis (13/12).

Dia menambahkan beberapa bagian lahan sudah betul-betul dibebaskan dan bisa mulai dibangun.

"Ada bagian yang sudah 'clear' secara menerus sehingga pelaksana proyek bisa melakukan pembangunan," katanya.

Ia mengakui bahwa pengerjaan proyek konsorsium BUMN Indonesia dengan China, yaitu PT Kereta Cepat Indonesia-China itu cederung lambat.

"KCIC jalan terus walaupun lambat, tetapi ada progresnya," katanya.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merupakan investor dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta—Bandung.

Sebanyak 60 persen kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh konsorsium lokal melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, sedangkan 40 persen sisanya dimiliki oleh konsorsium China, yakni Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Dari kepemilikan konsorsium lokal tersebut, WIKA menguasai saham terbesar yakni 38 persen, diikuti oleh PT Kereta Api Indonesia sebesar 25 persen, PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 25 persen dan PT Jasa Marga Tbk sebesar 12 persen.

Nilai investasi megaproyek tersebut sekitar Rp80 triliun dengan pemenuhan pembiayaan sebanyak 75 persen atau Rp60 triliun dipenuhi dari utang melalui China Development Bank.

Sebanyak 25 persen sisanya yakni Rp20 triliun dipenuhi dari ekuitas KCIC.

Zulfikri menuturkan dengan adanya pekerjaan konstruksi Tol Jakarta-Cikampek layang tidak mengganggu pekerjaan kereta cepat Jakarta-Bandung.

"Tidak ada masalah dari mengatur jadwal pekerjaan tidak terganggu," katanya.

Di sisi lain, kontraktor Kereta Cepat Jakarta-Bandung, PT Wijaya Karya menyebutkan masih ada sisa sekitar 14 persen lahan yang belum terbebaskan yang sebagaian besar telah berdiri fasilitas sosial.

Untuk itu, pihak kontraktor akan mengejar target agar megaproyek tersebut bisa segera ramping pada akhir 2021. 

Studi Kelaikan

Sementara itu Kementerian Perhubungan masih menunggu pihak Jepang, dalam hal ini Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dalam merampungkan studi kelaikan Proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya.

"Kemarin 'kan pra-studi kelaikan, sekarang studi kelaikan, sedang dalam proses mungkin dalam setahun atau lebih," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri usai konferensi pers akhir tahun 2018 di Jakarta, Kamis.

Zulfikri mengungkapkan bahwa studi kelaikan cederung lama karena mencari formula agar besaran investasi proyek tidak lebih dari Rp60 triliun.

"Kereta Jakarta-Surabaya lama karena menteri minta investasinya tidak lebih dari Rp60 triliun, sekarang mereka sedang hitung," ujarnya.

Dia mengatakan pihaknya juga telah menyampaikan terkait syarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang harus dipenuhi.

Selain itu, lanjut dia, alasan studi kelaikan memakan waktu lama adalah waktu tempuh yang dipatok harus 5,5 jam dan tidak boleh lebih.

Proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya mengalami sejumlah perubahan dalam perencanaannya, yakni terkait lintasan yang awalnya akan dibangun secara layang atau "elevated", namun hal itu semakin membuat besaran investasi membengkak.

Selain itu, proyek kerja sama dengan Jepang tersebut terkendala dengan banyaknya perlintasan sebidang hingga mencapai 1.000 perlintasan, sementara kecepatan akan ditingkatkan rata-rata menjadi 145 kilometer per jam. (ANTARA)

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home