Loading...
SAINS
Penulis: Ignatius Dwiana 10:43 WIB | Selasa, 23 Juli 2013

Jangan Mengangggap Rendah Orang Yang Berkebutuhan Khusus

Bigman Sirait. (Foto: istimewa)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Melayani yang membutuhkan adalah menolong, memahami, dan memaknai kasih Allah di dalam kekurangan mereka. Kisah Yohanes menceritakan kepada kita tentang pertolongan Tuhan atas orang-orang yang mengalami kesulitan seumur hidupnya. Karena itu jangan pernah anggap orang berkebutuhan khusus sebagai orang di level
rendah.”

hal itu dikata Pendeta Bigman Sirait di di seminar sehari bertema “Pendidikan Bijak  bagi Anak Berkebutuhan Khusus” pada hari Sabtu (20/7) di Jakarta yang diselenggarakan Gereja Reformasi Indonesia.

Buta dan melek tidak menjadikan yang melek itu lebih unggul dari yang buta. Pendeta Bigman Sirait mencontohkan bahwa musisi Stevie Wonder yang buta melewati banyak penyanyi yang melek dan belajar partitur. Lanjut Ketua Sinode dan gembala sidang Gereja Reformasi Indonesia (GRI) Antiokhia ini.

“Banyak anak yang belajar di sekolah musik tidak sekelas Stevie Wonder. Fanny Crosby menciptakan delapan ribu lagu rohani. Enam ribu sangat terkenal, tetapi buta sejak masa kanak-kanaknya. Kalau mendengar lagu dia, kita tidak yakin itu yang menciptakan seorang buta," kata dia.

Melayani anak berkebutuhan khusus bukan sekadar menjadi teori saja, tetapi kerelaan untuk mengasihi. Melayani anak  kerkebutuhan khusus perlu pengenalan dan cara yang khusus, tetapi hati yang sama. Yaitu hati yang mengasihi Tuhan pemilik hidup ini.

“Anak-anak autis, anak-anak berkebutuhan khusus, anak-anak buta, anak-anak bisu, bukan masalah. Itu anugerah Tuhan yang luar biasa. Terlalu banyak orang-orang hebat di kekurangan mereka yang memberi contoh kepada orang-orang yang justru tidak berkekurangan di fisiknya, tetapi kekurangan di iman kepercayaannya. Ajarkan mereka kebenaran dan aktualisasikan kasih sayang. Yang diajarkan harus terlihat dalam hidup, terasa, terukur, dan teruji.”

Di Singapura, seorang berkebutuhan khusus diberi kesempatan kerja buka toko tutup toko. Berbeda dengan Indonesia yang memarjinalkan seorang yang berkebutuhan khusus.

"Karena itu prestasi anak berkebutuhan khusus di Indonesia tidak sebanyak di luar negeri. Penghargaan dan penerimaan kita masih kurang padahal mereka itu ciptaan Tuhan yang unik,” kata dia.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home