Jokowi: Cawapres Masih dalam Penjajakan
LAMPUNG, SATUHARAPAN.COM – Calon Presiden PDI Perjuangan Joko Widodo mengatakan bahwa terkait calon wakil presiden yang akan mendampinginya pada pemilihan presiden hingga sekarang masih dalam proses penjajakan.
Jokowi yang juga Gubernur DKI Jakarta di Kalianda, Rabu (23/4), mengatakan bahwa partainya memang berkoalisi dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), namun untuk sosok cawapres masih dalam penjajakan.
Ia juga mengaku, tidak mempermasalahkan cawapres siapa pun yang akan mendampinginya baik dari sipil maupun militer, laki-laki atau perempuan.
"Semua tidak ada masalah siapa pun capresnya," kata dia.
Ia menegaskan semua masih dalam proses dan tidak ada masalah namun sampai saat ini belum dipastikan siapa yang akan menjadi cawapresnya.
"Nanti kalau sudah ada pasti kita sampaikan, dan prosesnya kita harapkan secepatnya," ia menambahkan.
Cyrus: JK Jadi Mentor Presiden Saja
Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Hasbi A menilai apabila duet Joko Widodo-Jusuf Kalla dipaksakan maka orang yang seharusnya memegang otoritas tertinggi malah bisa menjadi yang kedua.
"Jokowi cocok dengan JK atas dasar apa dicocokkan, apakah mereka punya chemistry yang sama, atau orang yang seharusnya memegang otoritas tertinggi malah menjadi yang kedua," ujar Hasan Hasbi A dalam diskusi "Kawin Paksa, Hancurkan Bangsa" di Jakarta, Selasa.
Menurut Hasbi, Jusuf Kalla adalah senior yang memiliki berbagai pengalaman dalam bidang apa pun yang luar biasa. JK pernah menjadi wakil presiden, mantan Ketua Umum Partai Golkar, dan sekarang Ketua Palang Merah Indonesia.
"Orang seperti Pak JK buat saya seharusnya menjadi mentor bagi siapa pun presidennya bukan berburu jabatan, siapa pun presidennya maka JK bisa menjadi mentor bagi presiden terpilih," ujar dia.
Jadi, lanjutnya, jangan lagi ada pihak-pihak yang memaksa JK untuk berburu jabatan. Karena kalau JK kalah maka tidak dipakai lagi padahal ilmunya sangat dibutuhkan bagi bangsa Indonesia.
"Kalau partai A dan B berkoalisi dan kemudian tokoh ini terpaksa dipasangkan, apakah ini bisa adaptasi, kan belum tentu," kata dia.
Kalau dilihat dari segi karakter, Jokowi adalah orang yang suka turun ke lapangan sehingga pendampingnya itu harus berani untuk tidak muncul di lapangan yaitu berada di kantor untuk mengurusi masalah administrasi maupun keuangan.
"Kalau yang satu udah keluar maka ada satu yang di kantor jaga gawang, masalah administrasi. Untuk Jokowi, wapresnya harus ada orang yang berani untuk tidak muncul di lapangan. Kalau dua-duanya sama-sama menonjol maka itu karakternya tidak cocok," kata dia.
Selain itu, ia mengutarakan, karakter cawapres Jokowi tak mengenal kata kompromi, sedikit lebih keras yaitu menjadi benteng bagi mantan Walikota Solo tersebut di depan.
"Dan juga ada karakter yang sedikit keras, tanpa kompromi, harus ada benteng di depan seperti Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)," ujar dia.
Jadi, ia mengatakan kombinasi seperti itu akan lebih berguna bagi bangsa Indonesia jangan sampai memasangkan itu Jawa dipasangkan luar Jawa, Sipil-Militer dan sebagainya.
"Buat saya kombinasi seperti itu akan berguna untuk bangsa jangan sampai memasangkan itu Jawa luar Jawa, sipil militer. "Chemistry" itu nomor satu. Benar gas dan rem tapi jangan sampai gas dan rem itu tidak punya chemistry," ujar dia.
JK, Cawapres Idola
Hasil penelitian Prapancha Research menyebutkan kandidat calon wakil presiden yang paling banyak diperbincangkan dalam topik di jejaring sosial adalah Jusuf Kalla.
"Kami mengidentifikasi animo khalayak jejaring sosial terhadap nama-nama kandidat cawapres ini. Hasilnya JK ditemukan sebagai kandidat yang paling positif diperbincangkan di Twitter dibanding yang lain," kata Peneliti Prapancha Research Adi Ahdiat, Senin.
Ia mengatakan dalam sebulan terakhir (22 Maret-21 April), tentang pencawapresan JK mencapai 20.170 cuit. Di peringkat kedua, ada Mahfud MD dengan 9.041 cuit. Diikuti Muhaimin dengan 8.132 cuit, kemudian Ahok dengan 5.479 cuit.
Sisanya, secara berurutan ada Gita Wirjawan (5.437 cuit), Hatta Rajasa (5.521 cuit), Dahlan Iskan (5.154 cuit), dan Ryamizard Ryacudu (1.246 cuit). Namun JK tak berhenti sebagai kandidat cawapres yang paling marak diperbincangkan.
"Kuantitas perbincangan tak langsung menentukan kualitas seorang kandidat. Untuk menentukan kualitasnya, tentu kita pun harus melihat kecenderungan tone atau sentimen pembicaraan terkait masing-masing tokoh, apakah positif, netral, atau negatif," ujar Adi.
Berdasarkan hasil pantauan terhadap sentimen pembicaraan dari sebagian twit yang diambil secara acak berlapis sebagai sampel, nama JK kembali mencuat. Hal ini karena pembicaraan tentang JK bukan hanya frekuensinya tinggi, tetapi sentimennya juga cenderung positif.
"JK memperoleh indeks sentimen positif tertinggi. Diikuti Mahfud MD dan kemudian Ahok," katanya.
Pihak PR yakin pantauannya tidak banyak terganggu oleh robot atau akun anonim yang dipekerjakan untuk mengangkat kandidat-kandidat tertentu. Berbeda dengan aplikasi penghitung suara jejaring sosial yang umumnya bekerja otomatis berdasarkan algoritma dan mudah diretas, PR memantau dan memilah manual perbincangan yang berkembang.
"Beberapa kandidat tampak dipuja-puji oleh akun-akun robot atau bayaran. Tapi dengan pantauan manual, kami dapat menyingkirkan perbincangan semacam itu. Untuk menentukan sentimen pembicaraan, kami mengambil sampel secara acak berlapis dengan berpatokan pada margin of error 3 persen," terang Adi.
Menurut dia tren yang ditemukan oleh PR ini pun konsisten dengan tren yang ditemukan oleh berbagai riset lapangan. ¿Seperti kita tahu, dalam survei-survei elektabilitas Jokowi mencapai titik tertinggi bila dipasangkan dengan JK. Tren ini rupanya bisa kita temukan pula di jejaring sosial.
Meski wacana cawapres baru marak belakangan, beberapa tokoh yang namanya mencuat sebagai kandidat cawapres tersebut, di jejaring sosial selama ini cenderung dipersepsi secara positif oleh publik.
"Baik JK, Mahfud, maupun Ahok merupakan tokoh yang konsisten menuai persepsi positif dalam pantauan-pantauan kami lainnya," demikian Adi. (Ant)
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...