Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 16:21 WIB | Minggu, 03 Desember 2023

Jokowi: RI Moratorium Permanen Pembukaan Hutan Primer 66 juta Hektare

Itu dilakukan sejak 2019 dan juga menyangkut lahan gambut, sebagai upaya pengelolaan hutan berkelanjutan.
Presiden Joko Widodo pada Presidency Session on Protecting Nature for Climate, Lives, and Livelihoods dalam World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Al Waha Theatre, Expo City Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), hari Sabtu, 2 Desember 2023. (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

DUBAI, SATUHARAPAN.COM-Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia memadukan pertimbangan ekonomi dan sosial serta kerja sama dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.

Itu merupakan langkah sistematis dan inovatif dalam mencapai net carbon sink atau penyerapan karbon bersih sektor kehutanan dan lahan di tahun 2030, kata Jokowi saat berbicara pada Presidency Session on Protecting Nature for Climate, Lives, and Livelihoods dalam World Climate Action Summit (WCAS) COP28 di Al Waha Theatre, Expo City Dubai, Dubai, Persatuan Emirat Arab (PEA), hari Sabtu, 2 Desember 2023.

“Sektor kehutanan dipilih karena 34 persen desa di Indonesia berada di perbatasan atau dalam hutan, dan jutaan masyarakat Indonesia bergantung dari sektor kehutanan. Untuk penuhi target tersebut, kami mengambil langkah sistematis dan inovatif,” kata Presiden.

Di hadapan para pemimpin negara, Jokowi menjelaskan upaya yang telah dilakukan Indonesia guna mencapai hal tersebut. Presiden mengatakan bahwa salah satunya Indonesia telah menerapkan moratorium permanen pembukaan hutan mencakup sekitar 66 juta hektare hutan primer dan lahan gambut sejak tahun 2019.

“Kami juga telah merehabilitasi tigajuta hektare lahan terdegradasi dan juta juta hektare lahan gambut. Sekarang hasilnya mulai terasa, tingkat deforestasi Indonesia berkurang 75 persen, terendah dalam 20 tahun terakhir. Tahun depan, kami targetkan rehabilitasi 600 ribu hektare lahan mangrove,” katanya.

Selanjutnya, Jokowi menekankan bahwa hutan dan lahan harus menjadi bagian dari aksi iklim melalui sejumlah perspektif. Presiden Jokowi menyampaikan pentingnya mobilisasi dukungan negara berkembang dalam mengelola hutan dan lahan secara berkelanjutan.

“Dukungan tersebut harus country-driven berdasar kebutuhan riil negara pemilik hutan. Kami apresiasi dukungan Uni Emirat Arab (UEA) membangun Mohamed bin Zayed International Mangrove Research Center di Indonesia,” katanya.

Selanjutnya, Jokowi menyampaikan bahwa hambatan perdagangan bukan merupakan upaya dalam mengatasi perubahan iklim. Kedua hal tersebut dapat maju secara berdampingan. “Ini penting untuk membangun trust dan kolaborasi antara global north dan global south, serta dorong pembangunan berkelanjutan negara berkembang,” kata Jokowi.

Jokowi mengajak para pemimpin negara untuk terus berkolaborasi dan menginisiasi kerja sama kehutanan. Indonesia terbuka untuk berbagi pengalaman dalam pengelolaan hutan dan lahan.

“Indonesia telah inisiasi kerja sama trilateral kehutanan, Indonesia, Brasil, dan Republik Demokratik Kongo. Dan kami juga siap untuk berbagi pengalaman dan knowledge dalam pengelolaan hutan dan lahan,” kata Jokowi.

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan tersebut antara lain Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home