Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 06:24 WIB | Jumat, 25 Maret 2016

Kamis Putih: Paus Basuh Kaki Imigran Islam, Ortodoks, Hindu

Paus membasuh kaki saat Kamis Putih. (Foto: Christian Today)

SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus menandai Kamis Putih dengan mencuci dan mencium kaki 11 pengungsi di sebuah pusat di Roma. Kelompok itu termasuk Islam dan Kristen Ortodoks.

Selain 11 imigran, ada satu relawan. Acara pada Kamis (24/3) ini diselenggarakan di Pusat Suaka (CARA) di Castelnuovo di Porto sekitar 29 kilometer dari Roma.

Perincian mereka yang dibasuh Paus adalah empat migran Katolik dari Nigeria; tiga migran Kristen Koptik dari Eritrea; tiga migran Muslim dari Mali, Suriah, dan Pakistan; dan satu migran Hindu dari India. Seorang relawan berasal dari pekerja pusat suaka tersebut.

Sebelum ritual dilakukan, Paus berkomentar peristiwa pra-Paskah untuk memperingati aksi Yesus terhadap para rasul-Nya pada malam sebelum ia disalibkan ini.

“Kita semua bersama-sama, Muslim, Hindu, Katolik, Kristen Koptik, Evangelikal adalah saudara, anak-anak Tuhan yang sama, yang ingin hidup dalam damai, terpadu,” katanya dalam komentar tanpa naskah penampungan di utara Roma ini.

Secara tradisional, para imam di beberapa denominasi Kristen telah membasuh kaki jemaat mereka pada hari sebelum Jumat Agung. Ini mengingat Yesus membasuh kaki Petrus dan murid-murid selama Perjamuan Terakhir seperti yang diceritakan dalam Injil Yohanes.

Kelompok yang dipilih oleh Paus untuk agar kaki mereka dicuci sering dilihat sebagai suatu yang signifikan. Paus Fransiskus telah mengubah aturan tentang ritual, yang berarti perempuan secara resmi kaki mereka dapat dicuci di Kamis Putih. Pada Kamis Putih pertamanya sebagai Paus ia memilih untuk mencuci kaki umat Islam serta Kristen di lembaga pemasyarakatan remaja.

“Tiga hari yang lalu, ada aksi perang, kehancuran, di sebuah kota Eropa oleh orang-orang yang tidak ingin hidup dalam damai,” katanya mengomentari bom Brussels.

“Di balik aksi itu ada produsen senjata, pedagang senjata, yang haus darah, anti damai, yang ingin perang, bukan persaudaraan,” katanya.

Sebelum Fransiskus menjadi paus, upacara diadakan di St Peter atau Basilika Roma lain dan hanya orang-orang Katolik, biasanya imam. Tapi setelah terpilih pada 2013, ia melanjutkan tradisi sejak sebagai Uskup Agung Buenos Aires, yang memungkinkan perempuan dan non-Katolik untuk berpartisipasi. (Christian Today /Catholic News Agency)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home