Ciuman Yudas di ‘Jesus Christ Superstar’ Cermin Kekinian
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dalam suasana Minggu Passion, menyambut Jumat Agung, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menggelar acara nonton film bersama, di Kapel Grha Oikoumene, Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat, hari Kamis (24/3). Film yang diputar kali ini berjudul ‘Jesus Christ Superstar’ versi broadway yang diproduksi pada tahun 2000.
Ketua Umum PGI, Henriette Hutabarat Tabita Lebang, mengaku tertarik menyaksikan adegan Maria Magdalena dan Yudas Iskariot bergantian mencium pipi Yesus Kristus dalam film tersebut. Menurutnya, dua adegan itu menggambarkan kasih berbeda. Maria Magdalena mencium dengan kasih yang apa adanya, sementara ciuman Yudas Iskariot menggambarkan kasih yang pamrih.
“Saya tertarik dengan adegan ketika Maria Magdalena mencium pipi Yesus Kristus, setelah itu Yudas juga mencium Yesus. Itu menggambarkan kasih yang berbeda, yang satu lugu, sementara yang satunya lagi penuh agenda,” kata Henriette dalam diskusi yang digelar usai pemutaran film.
Menurutnya, ciuman Yudas Iskariot merupakan cermin kehidupan yang ada di tengah masyarakat Indonesia saat ini. Begitu banyak kasih yang disebarkan tanpa ketulusan dan penuh pamrih
“Saat ini, banyak ciuman beragenda,” ucap dia.
Hadirkan Kemanusiaan Yesus
Sementara itu, Sekretaris Umum PGI, Gomar Gultom, mengatakan film ‘Jesus Christ Superstar’ lebih mendidik dibandingkan film ‘The Passion of the Christ’. Menurutnya, meskipun banyak menuai kritik karena mengakat sisi kehidupan Yesus Kristus dalam konteks kekinian, film ‘Jesus Christ Superstar’ tidak berlebihan dalam mengeksploitasi kekerasan, terutama saat Yesus Kristus dicambuk dan wafat di kayu salib.
“Menurut saya, film ini mengartikan injil dapat menembus ruang dan waktu, kapan pun dan di mana pun,’ ucap Gomar.
Dia menambahkan, film ‘Jesus Christ Superstar’ menyajikan sisi kemanusiaan Yesus Kristus yang dikemas dalam bentuk drama musikal dan disajikan untuk era kekinian. Menurut Gomar, banyak simbol yang ditampilkan dalam film yang ditulis oleh Tim Rice dan Andrew Lloyd Weber di sekitar tahun 1970-an ini.
Misalnya, dia mencontohkan, dalam film ‘Jesus Christ Superstar’ terdapat adegan Maria Magedalena berkata bahwa dirinya tidak paham mengapa Yesus Kristus mengubah kehidupannya. Gomar menceritakan, dalam adegan itu Maria Magdalena terlihat bingung, mengapa sosok laki-laki seperti Yesus Kristus mampu mengendalikan dirinya, tidak seperti laki-laki lain.
“Injil jelas mengatakan Maria Magdalena adalah seorang pelacur yang ditemukan Yesus Kristus kemudian berubah dan ingin mempersembahkan hal lebih baik kepada Yesus Kristus. Tapi dalam film ini Maria Magdalena mengatakan ‘saya tidak paham, Yesus mengubah saya, saya yang biasa mengendalikan laki-laki mengapa kini laki-laki ini mengendalikan saya’, ucap Gomar menirukan dialog dalam film tersebut.
Kemudian, Gomar lanjut mencontohkan, penulis mengandaikan Yesus Kristus hidup di era kekinian jelang bagian akhir film. Pada adegan itu, menurutnya, penulis coba menggambarkan situasi bila Yesus Kristus akan disalibkan saat ini, maka media akan beramai-ramai meliput peristiwa wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.
“Memang film ini disajikan bukan berdasarkan Injil, namun berdasarkan bayangan penulisnya. Tapi, saya sudah sekitar 20 kali menyaksikan film ini. Namun setiap menyaksikannya, saya selalu mendapat pelajaran baru,” tuturnya.
Tepat untuk Refleksi Paskah
Gomar pun mengatakan film ‘Jesus Christ Superstar’ sangat tepat untuk jadi materi refleksi jelang perayaan Paskah tahun 2016 ini. Sebab, film ‘Jesus Christ Superstar’ penuh dengan simbol dalam kehidupan Yesus Kristus yang sesuai dengan kondisi kehidupan saat ini.
“Menarik untuk jadi renungan kita. Besok Jumat Agung, Yesus disalibkan, kemudian turun dalam kerajaan maut,” kata dia.
Artinya, hari Sabtu, Yesus akan berada dalam kerajaan maut dan berjumpa dengan orang mati. “Mari kita berdoa sehari, kalau bisa semalam suntuk dan membayangkan Yesus berjumpa dengan orang mati,” kata Gomar.
Hingga akhirnya, hari Minggu, tepat di perayaan Paskah, kata Gomar, umat Kristiani di Indonesia dapat membawa harapan baru bagi kehidupannya masing-masing.
Sejarah Singkat
Film ‘Jesus Christ Superstar’ adalah drama musikal yang ditulis oleh Tim Rice dan Andrew Lloyd Webber. Pada tahun 1973, drama musikal ini difilmkan dan dibintangi oleh Ted Nelly (Yesus Kristus), Carl Andersen (Yudas Iskariot), dan Yvonne Elliman (Maria Magdalena).
Kemudian, pada tahun 2000, versi broadway ‘Jesus Christ Superstar’ diproduksi dan dibintangi oleh Glenn Carter (Yesus Kristus), Jerome Pradon (Yudas Iskariot), dan Renee Castle (Maria Magdalena).
Pada tahun 1980, drama musikal ini diterjemahkan oleh Remy Silado dan dipentaskan oleh Pelayanan Komunikasi Masyarakat (Yakoma PGI) di Balai Sidang Senayan dalam rangka mencari dana untuk Sidang Raya PGI 1980 di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara.
Sejumlah musikus kondang Tanah Air terlibat dalam pementasan tersebut.
Editor : Bayu Probo
Antibiotik Dikonsumsi Sesuai Anjuran Dokter
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis anak sekaligus bagian Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak ...