Loading...
HAM
Penulis: Kartika Virgianti 13:18 WIB | Rabu, 02 Juli 2014

Kampanye Anti-Pelecehan Anak dengan Kartun Disney

Kampanye Anti-Pelecehan Anak dengan Kartun Disney
Poster kampanye anti-pelecehan seksual terhadap anak menggunakan tokoh Sleeping Beauty dan ayahnya dari seri kartun Disney berjudul “Sleeping Beauty”. (Foto-foto: huffingtonpost)
Kampanye Anti-Pelecehan Anak dengan Kartun Disney
Poster kampanye anti-pelecehan seksual terhadap anak menggunakan tokoh Ariel dan ayahnya dari seri kartun Disney berjudul “The Little Mermaid”.
Kampanye Anti-Pelecehan Anak dengan Kartun Disney
Poster kampanye anti-pelecehan seksual terhadap anak menggunakan tokoh Jasmine dan ayahnya dari seri kartun Disney berjudul “Aladdin”.

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Peningkatan kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur telah menimbulkan kesadaran bagi masyarakat, terutama timbulnya ide dari para seniman untuk berkampanye menggunakan tokoh princess dari berbagai seri kartun Disney, yang dituangkannya ke media poster.

Seniman dengan nama samaran “Saint Hoax” dalam karyanya itu menggunakan judul “The Princest Diaries” dari berbagai seri Princess Disney. Seniman itu mengakui proyek-proyek dia sebelumnya telah menimbulkan banyak kontroversi, dan saat ini mungkin tidak berbeda.

Inspirasi proyek tersebut muncul setelah Saint Hoax menemukan seorang teman dekatnya pernah dilecehkan oleh ayahnya ketika ia berusia tujuh tahun.

“Butuh waktu 14 tahun untuk dapat berbagi pengalaman traumatis itu. Cerita itu mengejutkan saya. Sebagai seorang seniman sekaligus aktivis, saya memutuskan untuk menjelaskan isu tersebut ke dalam bentuk yang baru. Saya menggunakan tokoh putri di film-film Disney karena secara bahasa visual, masyarakat yang disasar kemungkinan akan tertarik,” tulis seniman tersebut dalam sebuah email yang diterima medicaldaily.com, Kamis (27/6).

Sementara foto-foto tersebut mungkin menimbulkan beberapa kontroversi, para seniman mengatakan bahwa tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk mendorong para korban incest (terutama di bawah usia 18) untuk segera melaporkan pelecehan yang mereka alami.

“Tadinya saya sangat ragu-ragu mempublikasikan seri tersebut kepada publik, lantaran takut adanya pertentangan dengan prinsip Disney itu sendiri. Tapi hari ini (hanya sehari setelah penerbitan poster tersebut), saya menerima email dari seorang gadis yang manyampaikan terima kasih kepada saya karena karya tersebut,” tulis Saint Hoax.

“Ia benar-benar menangis dan memutuskan untuk melaporkan ayahnya setelah melihat poster itu. Saya senang jika memang poster itu bisa mengubah hidup seseorang, berarti karya itu boleh disebut layak,” dia menambahkan dalam email. Di Amerika Serikat, 38 persen pemerkosa adalah teman dekat atau kenalan.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home