Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 07:46 WIB | Jumat, 19 April 2013

Keledai

SATUHARAPAN.COM-Keledai binatang yang berjalan lambat-lambat; Keledai takkan lari, walau tak ditambat. Keledai binatang pekerja berat berbeban penuh pun jalannya tetap: lambat-lambat, lambat-lambat, lambat asal s’lamat.

Saya rasa ungkapan yang dikemukakan Rama A. Soetanto, SJ dalam lagu Keledai (Kidung Ceria 81) banyak benarnya, meski terkesan lucu. Keledai memang tak seagresip kuda. Dia binatang lamban, terkesan malas.

Dinyatakan dalam lagu itu, keledai tak akan lari, walau tak ditambat. Kurang berprakarsa tampaknya. Dan sering terlihat bodoh. Bahkan, ada peribahasa ”Keledai hendak dijadikan kuda”, yang berarti: orang bodoh hendak dipandang sebagai orang pandai.

Tetapi, mungkin Saudara pernah mendengarkan peribahasa: ”Keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Artinya: orang yang bodoh tidak akan berbuat kesalahan yang sama. Kalimat ini berarti bahwa keledai sendiri belajar dari pengalaman. Pengalaman hidup di masa lampau. Saya rasa di sinilah kita perlu belajar dari keledai, yang senantiasa belajar dari pengalaman.

Hanya itukah? Tidak. Rama Tanto pun memuji keledai. Dia menyatakan: Keledai binatang pekerja berat berbeban penuh pun, jalannya tetap: lambat-lambat, lambat-lambat, asal s’lamat.

Keledai termasuk golongan binatang pekerja berat. Dia bukan pemalas. Jalannya memang lambat, tetapi semua dikerjakannya. Dan itulah yang penting bagi seekor keledai.

Itu jugalah agaknya, yang membuat Yesus menaiki keledai saat memasuki kota Yerusalem.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home