Loading...
RELIGI
Penulis: Trisno S Sutanto 17:33 WIB | Senin, 20 Januari 2014

Kerry Ken: Tuhan itu Baik

Kerry Ken, sang Pandu Sidang MPL-PGI di Merauke yang berasal dari Papua Nugini. (Foto: Trisno S Sutanto)

MERAUKE, SATUHARAPAN.COM - Kerry Ken tidak pernah menduga sama sekali, suatu waktu ia akan menjadi salah satu pandu untuk Sidang tahunan MPL (Majelis Pekerja Lengkap) PGI di Merauke. Sebab ia justru orang asing, warga negara Papua Nugini (PNG).

Bagi Kerry Ken, pandu itu, kegiatan tersebut memberinya banyak pengalaman. “Saya sangat menikmatinya, karena dapat berjumpa dan berkenalan dengan banyak teman dari Indonesia,” ujarnya.

Hidup Kerry memang unik. Pria yang dilahirkan tanggal 28 Februari 29 tahun lalu di Daru, kota perbatasan PNG dengan Australia, sejak 2006 tinggal dan bersekolah di Merauke. “Waktu itu ada kesempatan belajar di Sota, daerah Papua yang jadi perbatasan dengan PNG. Kami ada 42 orang. Namun sejak kelas 3 SMA, tinggal saya yang meneruskan,” ujarnya.

Pilihan itu diambil karena ia mengaku pendidikan di PNG sangat sulit. “Di PNG, jika siswa tidak lulus, dia harus drop out dan kembali ke kampung,” tuturnya. “Karena itu banyak pengangguran dan kriminalitas.”

Seusai SMA, Kerry sempat setahun menganggur, berusaha mengumpulkan uang lewat jualan tanduk rusa. Tahun 2010, kebetulan ada pertukaran siswa PNG di Merauke yang difasilitasi Gidi (Gereja Injili di Indonesia). Mereka tidak memiliki penerjemah, sehingga meminta Kerry. Seusai acara itu, Pdt. John Emola yang memimpin Gidi justru meminta Kerry tinggal.

Kerry setuju, karena bercita-cita ingin melanjutkan kuliah. Diam-diam ia mencari dan mendaftar ke Universitas Negeri Musamus, jurusan Ekonomi Pembangunan. “Saya tidak memberitahu Bapak pendeta rencana itu. Setelah saya diterima, baru saya memberitahunya,” kenang Kerry. “Ia bilang tidak bisa membantu apa-apa. Tetapi meminta saya tinggal, dan setiap Sabtu dan Minggu menyapu serta membersihkan gereja. Lainnya nanti Tuhan yang atur, kata dia. Itulah pekerjaan saya sampai sekarang.”

Rupanya prestasi akademis Kerry sangat baik. Apalagi ia menguasai bahasa Inggris dengan baik, sehingga sering membantu teman-teman mahasiswanya. “Mereka itu yang membiayai dua semester awal kuliah saya,” katanya. Sejak semester 3 sampai sekarang, Kerry memperoleh banyak beasiswa karena prestasinya, baik dari kampus, dari Pemda Merauke, sampai Djarum Foundation. Yang terakhir ini malah memfasilitasi Kerry ikut berbagai kejuaraan di beberapa kota besar di Indonesia, yang membuat lingkup persahabatannya meluas.

Karena prestasinya juga, kedubes PNG di Jakarta menawari pekerjaan. Rencananya mereka akan membuka perwakilan di Merauke. Dan Kerry, yang kini duduk di semester 7, sudah ditawari sebagai staf konsuler nanti saat ia selesai kuliah. Padahal sampai sekarang Kerry tidak memegang paspor PNG, hanya kartu merah yang diberi saat ia pertama masuk wilayah Indonesia dan harus diperbarui setiap tiga tahun.

Ia mengaku dulu sebagai anak yang nakal. “Orangtua saya sering memperingatkan, agar saya tidak meminta uang dari saudara saya yang sudah bekerja,” kenang Kerry. “Perasaan malu itulah yang membuat saya bertekad, kelak saat saya pulang tidak akan minta uang, tetapi malah memberi mereka uang.”

“Tuhan itu baik,” lanjut Kerry menyimpulkan. “Saya tidak pernah menyangka bahwa perjalanan hidup saya akan seperti ini.”


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home