Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasto Prabowo 08:08 WIB | Minggu, 06 April 2014

KFX/IFX, Jet Tempur Masa Depan Buatan Indonesia-Korsel

KFX/IFX, Jet Tempur Masa Depan Buatan Indonesia-Korsel
Rancangan pesawat tempur KFX/IFX (Foto : Korean Defense Network)
KFX/IFX, Jet Tempur Masa Depan Buatan Indonesia-Korsel
Rancangan kokpit KFX/IFX (Foto : Istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Sebagai sebuah negara yang berdaulat, kehadiran mesin perang atau alutsista strategis adalah sebuah kewajiban. Entah itu tank, kapal perang maupun pesawat tempur. Selama ini Indonesia melakukan pengadaan alutsista seperti itu dengan cara mengimpor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, China maupun negara-negara Eropa.

Impor alutsista strategis adalah jalan paling mudah. Yang penting dana tersedia, maka semua bisa dibeli. Namun ada satu hal yang diwaspadai dalam impor alutsista. Embargo! Ketika hubungan negara kita dengan negara produsen memburuk, embargo akan diberlakukan terutama di sisi suku cadang. Hal itu sempat terjadi di tahun 1999 sampai dengan 2004 dimana AS dan Inggris melakukan embargo terkait kasus Timor Timur dan Aceh.

Swasembada persenjataan tentu mutlak dilakukan. Indonesia sudah memulai. Meskipun masih belum memproduksi alutsista pemukul strategis, tapi negara ini sudah bisa membuat senapan ringan, senapan mesin, panser angkut pasukan, kapal angkut militer dan pesawat angkut taktis. Semua peralatan tempur tersebut dibuat berkat kerjasama Indonesia dengan berbagai negara diantaranya Prancis, Spanyol dan Korea Selatan.  

Membicarakan pesawat tempur, saat ini Indonesia mengoperasikan beberapa jenis pesawat tempur seperti F-5 dan F-16 buatan AS, Hawk 100/200 buatan Inggris, Super Tucano buatan Brasil dan Sukhoi Su 27/30 buatan Rusia. Bagaimana dengan rencana pembuatan pesawat tempur buatan sendiri?

Indonesia menjalin kerjasama dengan Korea Selatan (Korsel) untuk mengembangkan pesawat tempur. Diberi kode KFX/IFX (Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment), ini adalah proyek prestisius yang sedang dikembangkan kedua negara. Pesawat dikembangkan dengan sistem avionik generasi 4.5 yang sejajar dengan Dassault Refale buatan Prancis, JAS-39 Gripen buatan Swedia, Eurofighter Typhoon buatan Konsorsium Eropa dan F/A 18 Hornet buatan Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi andalan berbagai negara. KFX/IFX juga bisa di-upgrade menjadi pesawat tempur generasi 5 yang sejajar dengan F-35 Lightning buatan AS atau PAK FA T 50 buatan Rusia yang saat ini masih dalam pengembangan.

Tentu, pertanyaan paling mendasar seputar perancangan sampai produksi KXF/IFX ini adalah apakah Korsel dan Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur terkini? Seperti dikutip dari Angkasa, Prof. Dr . Mulyo Widodo, seorang ahli kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga menjadi anggota tim Indonesia dalam proyek KFX/IFX ini menjawab,” jangan khawatir, Korsel sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya,"

Inti dari teknologi jet tempur sebenarnya adalah sistem avionik dan material penyerap gelombang radar. Avionik di sini adalah sistem elektonika pengontrol penerbangan dan misi tempur. Sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnetik agar tidak terjejak radar lawan.

Prof. Mulyo menambahkan,”kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korsel sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronika. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industries. Oleh karenanya, tim perancang KFX/IFX  akan membekali pesawat ini  dengan perangkat elektronika yang  bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya akan dibuat miring (canted vertical tail) agar gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini.”

Peran Indonesia pun secara teknis cukup menentukan. Tidak hanya urunan biaya, untuk mengerjakan pembuatan pesawat ini, Indonesia mengirimkan 40 engineer nya ke Korsel. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$ 8 miliar yang ditanggung Korsel dan Indonesia.

Proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2020 dimana di tahap awal Korsel akan mendapat sekitar 200 unit dan Indonesia akan memperoleh 50 pesawat. Selain untuk memenuhi kebutuhan angkatan udara kedua negara, pesawat tempur ini tentu akan dijual ke berbagai negara karena KFX/IFX akan jauh lebih canggih daripada pesawat tempur legendaris F-16 Fighting Falcon. Dan diperkirakan di tahun 2025 yang akan datang F-16 sudah sangat tua usia airframe nya dan akan mulai dipensiunkan. KFX/IFX pun akan menjadi pengganti yang dapat diandalkan.

Editor : Prasto Prabowo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home