Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 15:37 WIB | Minggu, 17 September 2023

Khawatir Inflasi, Rusia Kembali Naikkan Suku Bunga Bank Menjadi 13%

Mobil diparkir di depan gedung Bank Sentral Rusia di Moskow, Rusia, hari Jumat, 30 Januari 2015. Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga pinjaman utamanya sebesar satu poin persentase menjadi 13% pada hari Jumat, 15 September 2023, sebulan setelah memberlakukan kenaikan yang lebih besar, karena kekhawatiran terhadap inflasi masih ada dan rubel terus melemah terhadap dolar. (Foto: dok. AP/Alexander Zemlianichenko)

MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga pinjaman utama sebesar satu poin persentase menjadi 13% pada hari Jumat (15/9), sebulan setelah memberlakukan kenaikan yang lebih besar, karena kekhawatiran terhadap inflasi masih terus berlanjut dan rubel terus berjuang melawan dolar.

Peningkatan ini terjadi ketika inflasi tahunan meningkat pada bulan September menjadi 5,5% dan bank memperkirakan akan mencapai 6%-7% pada akhir tahun.

“Tekanan inflasi dalam perekonomian Rusia masih tinggi. Risiko pro inflasi yang signifikan telah terkristalisasi, yaitu pertumbuhan permintaan domestik yang melebihi kapasitas ekspansi output dan depresiasi rubel pada bulan-bulan musim panas,” kata dewan bank dalam sebuah pernyataan. “Oleh karena itu, diperlukan pengetatan kondisi moneter tambahan.”

Bank tersebut pada bulan Agustus menaikkan suku bunga pinjaman menjadi 12%, melonjak sebesar 3,5 poin persentase, karena nilai rubel turun menjadi 100 terhadap dolar AS. Meskipun nilai tukar rubel sedikit membaik setelah kenaikan suku bunga, nilai tukar rubel tetap berada di kisaran 95 terhadap dolar, jauh lebih lemah dibandingkan tahun lalu ketika nilai tukar rubel diperdagangkan pada kisaran 60 terhadap mata uang AS.

Dengan menaikkan biaya pinjaman, bank sentral berupaya melawan kenaikan harga karena Rusia mengimpor lebih banyak dan mengekspor lebih sedikit, terutama minyak dan gas alam, dengan meningkatnya belanja pertahanan dan sanksi yang berdampak buruk. Mengimpor lebih banyak dan mengekspor lebih sedikit berarti surplus perdagangan lebih kecil, yang biasanya membebani mata uang suatu negara. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home