Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 13:22 WIB | Kamis, 11 Januari 2024

Komandan Elite Hizbullah di Lebanon, Tewas dalam Serangan Udara Israel

Israel sebut dia terlibat dalam banyak serangan ke Israel dalam beberapa dekade.
Wissam al-Tawil, komandan elite Hizbullah di Lebanon dan Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. (Foto: Ist)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Komandan elite Hizbullah di Lebanon yang tewas dalam serangan udara Israel pada hari Senin (8/1) di Lebanon selatan berjuang untuk kelompok tersebut selama beberapa dekade dan mengambil bagian dalam beberapa pertempuran terbesarnya.

Wissam al-Tawil, seorang komandan Pasukan Radwan rahasia Hizbullah berusia 48 tahun yang dikerahkan di sepanjang perbatasan dengan Israel, tewas ketika serangan itu menghantam SUV-nya di kampung halamannya di Khirbet Silem. Serangan tersebut terjadi sekitar 10 kilometer dari perbatasan, di luar desa-desa dan kota-kota yang menjadi saksi baku tembak kedua belah pihak selama tiga bulan terakhir.

Para pejabat Israel telah menuntut selama beberapa pekan agar Pasukan Radwan mundur dari daerah perbatasan agar puluhan ribu warga Israel yang mengungsi akibat pertempuran dapat kembali ke rumah mereka. Saat berkunjung ke Israel bulan lalu, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, mengatakan “hasil negosiasi” akan menjadi cara terbaik untuk meyakinkan penduduk Israel utara.

Al-Tawil, yang bergabung dengan Hizbullah pada tahun 1989, adalah pejabat tertinggi dalam kelompok tersebut yang terbunuh sejak baku tembak di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dimulai setelah serangan mematikan pada 7 Oktober ke Israel selatan oleh Hamas, sekutu Hizbullah.

Setelah perang Israel-Hamas dimulai tiga bulan lalu, al-Tawil memerintahkan beberapa “operasi khusus” terhadap pos-pos Israel di sepanjang perbatasan, menurut pernyataan Hizbullah.

Seorang pejabat Hizbullah mengatakan kepada Associated Press bahwa al-Tawil berperan dalam memicu perang musim panas 2006 dengan Israel dan berperang dalam perang saudara di Suriah, di mana ia bertugas mengoordinasikan kelompok Lebanon dan tentara Suriah dalam pertempuran melawan kelompok Islam.

Pada 12 Juli 2006, al-Tawil adalah anggota unit khusus Hizbullah yang menyeberang ke Israel, menangkap dua tentara Israel dan membunuh lainnya, memicu pertempuran selama sebulan dengan Israel yang menewaskan 1.200 orang di Lebanon dan 160 orang di Israel, kata pejabat itu, berbicara dengan syarat anonimitas sesuai dengan peraturan.

Bertahun-tahun kemudian, ketika Hizbullah bergabung dalam perang di Suriah pada tahun 2013, berperang bersama pasukan pemerintah Suriah, al-Tawil adalah pembantu dekat komandan utama Hizbullah di sana, Mustafa Badreddine, yang terbunuh pada tahun 2016, kata pejabat tersebut.

Al-Tawil, yang dua saudara laki-lakinya tewas dalam pertempuran dengan Hizbullah, berpartisipasi dalam puluhan serangan terhadap pasukan Israel dan sekutu Lebanon mereka selama 18 tahun pendudukan Israel di Lebanon selatan hingga Israel mundur pada tahun 2000. Hizbullah mengatakan dalam pernyataannya bahwa ayah dari empat anak tersebut menderita cedera leher yang serius saat serangan terhadap pos militer Israel di Lebanon selatan pada tahun 1999.

Selama bertahun-tahun bersama kelompok tersebut, al-Tawil dekat dengan Imad Mughniyeh, panglima militer Hizbullah sejak berdirinya kelompok tersebut pada tahun 1982 hingga ia terbunuh dalam pemboman di ibu kota Suriah pada tahun 2008.

Al-Tawil juga memiliki hubungan dekat dengan Jenderal Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds dari Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Bagdad pada tahun 2020.

Sementara itu, Ketua Hamas, Ismail Haniyeh, meminta negara-negara Muslim pada hari Selasa (9/1)untuk memberikan senjata kepada militan Palestina, ketika perang kelompok tersebut dengan Israel berkecamuk di Jalur Gaza.

“Kami melihat negara-negara di dunia menuangkan senjata ke dalam pendudukan (Israel)... Waktunya telah tiba (bagi negara-negara Muslim) untuk mendukung perlawanan dengan senjata, karena ini… bukan perjuangan rakyat Palestina saja,” kata Haniyeh dalam pidatonya di Doha, berdasarkan transkrip yang dibagikan kelompok tersebut kepada wartawan. (AP/AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home