Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 09:28 WIB | Selasa, 10 Juni 2014

KTNA Tegaskan Independen dalam Pilpres 2014

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencicipi buah jeruk produksi petani saat membuka Penas XIV Petani dan Nelayan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jatim, Sabtu (7/6). Pada Kamis (5/6), KTNA memberikan penghargaan kepada kepala daerah, seperti gubernur, bupati, dan wali kota di sejumlah wilayah di Indonesia pada Rembuk Utama Pekan Nasional (Penas) XIV. Winarno Thohir menyematkan Lencana Emas Adi Bakti Tani Nelayan tingkat utama, madya, dan pratama. (Foto: Antara)

MALANG, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia Winarno Tohir menyebutkan organisasi petani dan nelayan itu bersikap independen dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014.

“Kami tidak berpihak, kami independen dalam Pilpres 2014. Tapi walau independen, anggota tetap punya hak pilih. Para petani umumnya setiap ditanya akan memilih calon yang berpihak kepada petani,” ujarnya di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (10/6).

Petani memiliki harapan pada siapa pun presiden dan wapres terpilih mendatang. Namun, bila bertekad untuk memperbaiki sektor pertanian, ujar Winarno lagi, seharusnya dapat memahami lebih dulu masalah pertanian.

“Sudah berbuat untuk pertanian atau belum, paham pertanian atau tidak, sehingga calon itu nantinya bisa memperbaiki persoalan pertanian. Kalau tidak memenuhi kriteria itu, bagaimana akan memperbaiki permasalahan pertanian. Tanya saja sama petani, pasti akan memilih yang mengerti pertanian sehingga melindungi petani,” kata alumni Institut Pertanian Tanjung Sari, Sumedang, Jawa Barat tahun 1990 itu pula.

Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dan nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Pasangan nomor urut satu pada visi dan misinya menjanjikan akan mencetak dua juta hektare lahan baru, untuk meningkatkan produksi pangan, antara lain beras, jagung, sagu, kedelai, dan tebu.

Pasangan itu meyakini peningkatan produksi dapat mempekerjakan lebih dari 12 juta orang.

Selain itu, pasangan diusung Partai Gerindra, Golkar, PPP, PKS, PAN, dan PBB itu juga menjanjikan penambahan dana riset sebesar Rp 10 triliun dari APBN selama 2015-2019.

Peningkatan produktivitas pertanian rakyat di setiap kabupaten juga akan dilakukan dan disesuaikan dengan pengembangan koridor ekonomi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) jika Prabowo-Hatta terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019.

Adapun pasangan nomor urut dua yang diusung PDI Perjuangan, NasDem, PKB, Hanura dan PKPI berjanji akan membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan melalui penyusunan kebijakan pengendalian atas impor pangan.

Jokowi-JK juga akan melakukan pemberantasan terhadap mafia impor, melakukan pengembangan ekspor pertanian berbasis pengolahan pertanian dalam negeri, penanggulangan kemiskinan pertanian, dan dukungan regenerasi petani juga akan dilakukan melalui pencanangan 1.000 desa berdaulat benih hingga tahun 2019.

Selain itu Jokowi-JK juga menjanjikan pembangunan irigasi, bendungan, sarana jalan, transportasi serta pasar dan kelembagaan pasar secara merata; serta rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak terhadap 3 juta hektare lahan pertanian dan 25 bendungan juga akan dilakukan oleh keduanya hingga tahun 2019.

Prabowo Subianto adalah juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sejak 2004 hingga sekarang.

Sedangkan Joko Widodo yang juga Gubernur DKI Jakarta nonaktif pada April lalu telah mengeluarkan dana Rp 450 juta untuk proyek green house berukuran 16 x 40 meter persegi yang dibuatnya bersama para petani hidroponik Marunda Hijau.

“Jokowi saya lihat jujur dan bersih, selain itu juga sudah riil berbuat untuk petani. Adapun Prabowo sosok yang juga bagus dan mempunyai kemampuan untuk memegang pemerintahan dengan pengalaman sebagai Danjen Koppasus. Saya masih mencermati siapa yang layak pilih dari keduanya,” ujar Toni Wibowo, petani Desa Curungrejo, Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.

Mampu Berswasembada Beras Lagi

Indonesia sebenarnya mampu mencapai swasembada beras seperti pernah dicapai sebelumnya, termasuk membantu pangan negara Ethiopia yang saat itu dilanda kelaparan, ujar Ketua Umum KTNA Indonesia Winarno Thohir.

Winarno, pada Pekan Nasional (Penas) XIV petani dan nelayan Indonesia di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Sabtu, menegaskan Indonesia pernah mendapatkan kejayaan pangan dimaksud pada sekitar 1984, dan sebenarnya dapat meraih kembali kejayaan pertanian maupun moralitas petani Indonesia.

“Pada tahun itu, kita bisa mencapai swasembada pangan, kita bisa bantu tetangga yang kelaparan dan menyumbang bagi negara Ethiopia di Benua Afrika,” ujar Winarno.

Dalam rembuknya ketika itu, demikian Winarno yang saat itu menjadi Sekretaris Jenderal KTNA, memutuskan setiap hektare menyumbang 13-15 kilogram.

“Terkumpul gabah 100 ton. Namun, karena tidak mungkin dikirim dalam bentuk gabah, diuangkan menjadi Rp 15 miliar yang selanjutnya dititipkan kepada Presiden Soeharto untuk disampaikan,” kata Winarno pada kegiatan empat tahunan yang dihadiri anggota KTNA dari 506 kabupaten/kota di Indonesia itu pula.

KTNA, demikian Winarno, dalam pertemuan yang akan berakhir 12 Juni akan membahas berbagai hal terkait dengan persoalan pertanian dan nelayan.

“Hasilnya nanti diserahkan kepada presiden terpilih mendatang,” katanya lagi.

Pada Kamis (5/6), KTNA memberikan penghargaan kepada kepala daerah, seperti gubernur, bupati, dan wali kota di sejumlah wilayah di Indonesia pada Rembuk Utama Pekan Nasional (Penas) XIV. Winarno Thohir menyematkan Lencana Emas Adi Bakti Tani Nelayan tingkat utama, madya, dan pratama.

Lencana Emas Adi Bakti Tani Utama diberikan kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

“Jika setiap pemimpin kita seperti Pakde Karwo merata di seluruh Indonesia, kehidupan petani tentu akan baik,” kata Winarno.

Ia menganjurkan petani memilih presiden yang tepat pada tanggal 9 Juli mendatang.

Pada kesempatan itu pula, Winarno mengingatkan masyarakat ekonomi ASEAN.

“Kelihatannya ringan. Akan tetapi, kalau tidak siap, kita akan jadi penonton. Petani dan nelayan Indonesia jangan jadi penonton, tetapi jadilah pemain,” ujar Winarno yang disambut tepuk tangan ribuan petani.

Ia menegaskan para petani dan nelayan Indonesia harus mempersiapkan diri sendiri.

“Kesejahteraan petani dan nelayan merupakan harga mati yang harus diperjuangkan mati-matian,” demikian Winarno Thohir. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home