Loading...
INSPIRASI
Penulis: Made Teddy Artiana 07:53 WIB | Selasa, 05 Juli 2016

Lelaki Kardus

Orangtua, sebagai wakil Tuhan, seharusnya menginspirasikan hal-hal mulia.
Jangan cemari keceriaan mereka! (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Sekilas syair lagu Lelaki Kardus memang agak lucu. Seperti lagu ngasal yang dinyanyikan sebagai  bahan gurauan dengan kawan-kawan. Perhatikan:  Bapakku kawin lagi. Aku ditinggalin/Aku sakit hati. Ibuku diduain/Ibuku minta cerai. Tapi dipukulin/Bapakku pengkhianat/Ibuku dibohongin.

Tetapi menjadi tidak lucu lagi, bahkan sangat tidak lucu ketika tiba di bagian refrein lagu. Kata-kata makian jelas disebutkan penuh kebencian. Yang sangat tidak lucu ini kemudian menjadi mengerikan manakala kita mengetahui—lewat video klipbahwa penyanyi Lelaki Kardus itu adalah seorang bocah perempuan. Tidak hanya itu, backing vocal yang menyenandungkan kata-kata makian pun adalah sekumpulan anak kecil!   

Sebagian beralasan ini adalah perlawanan terhadap poligami. Yang lain beranggapan ini adalah perang kaum lemah terhadap KDRT. Apa pun pembenarannya, jelas ini tidak dapat diamini begitu saja. Orangtua—wakil TUHAN di bumi—yang seharusnya menginspirasikan hal-hal mulia, kini malah jadi perusak anak-anak mereka sendiri, dengan menularkan dendam dan kebencian.

Mari kita menengok kebelakang sejenak. Kebijakan-kebijakan lokal di berbagai daerah yang kerap kali menggunakan dongeng sebagai alat bantu pendidikan anak. Bukan tanpa sebab pula jika para orangtua, di zaman nabi Musa, diperintahkan untuk menceritakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kasih dan kuasa Tuhan kepada anak-cucu mereka. Berulang-ulang.

Kata-kata orangtua, sebagaimana lagu, dan  juga film, memiliki daya resap yang luar biasa ke bawah sadar seorang anak. Apalagi lewat pengulangan.  Apakah itu merusak atau membangun, semuanya itu akan terlihat hasilnya ketika anak-anak semakin beranjak dewasa. Dan orangtua, sebagaimana hukum yang berlaku bagi para penabur—akan menuai apa yang mereka tanamkan ke anak-anak mereka. Tidak hanya berhenti di hukum tabur-tuai, yang paling serius adalah pada akhirnya nanti, kesemuanya itu harus mereka pertanggungjawabkan di hadapan Sang Khalik.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home