Loading...
SAINS
Penulis: BPK PENABUR Jakarta 09:05 WIB | Selasa, 12 Maret 2024

Main Gamelan, Kok Bisa Viral?

Jeremee Rafael Qynn, dan Tim siswa SMAK PENABUR Kota Tangerang saat membawakan gamelan (Foto : BPKPJakarta)

Tangerang, Satuharapan.com, Berawal dari kecintaan terhadap musik, Jeremee Rafael Qynn, siswa SMAK PENABUR Kota Tangerang memutuskan bergabung ke dalam ekstrakurikuler Gamelan, alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Tengah.

Ekstrakurikuler Gamelan terbilang baru di SMAK PENABUR Kota Tangerang dan Jeremee merasa senang dapat bergabung, untuk memperluas pengalamannya bermain musik.

Jeremee membagikan cerita mengapa Ia tertarik dengan Gamelan, di tengah-tengah remaja seusianya yang lebih senang bermain alat musik klasik bahkan modern.

“Awalnya saya mencoba bermain Ketuk, Saron, dan Bonang. Menurut saya, Gamelan itu cukup unik sebagai alat musik. Karena kalau kita bermain drum atau piano lebih ke solo musik, sedangkan dalam Gamelan saya perlu membangun harmoni yang selaras dengan pemain lainnya. Jadi, ini adalah tantangan baru bagi saya, karena selain harus jaga tempo, kita juga bermain partitur yang berbeda-beda meskipun judul lagunya sama. Misalnya ketika ketukan yang lain 4/4, saya disini mainnya 8/4, jadi pola ritmik nya baru dan ini adalah hal yang seru bagi saya.” ungkap Jeremee.

Cerita berbeda datang dari Regina Aldrin, siswa SMAK PENABUR Kota Tangerang yang awalnya diajak teman dan akhirnya memutuskan bergabung menjadi sinden, penyanyi pengiring Gamelan.

“Kalau saya tertarik dengan teknik vokalnya, karena saya biasanya bernyanyi di genre pop ataupun klasik di dalam paduan suara. Seperti Jeremee saya merasa tertantang, jarang-jarang ada ekstrakurikuler alat musik tradisional seperti ini. Misalnya kapan harus mulai bernyanyi dari instrumen yang dimainkan, dari situ saya belajar mendengarkan dengan baik selain teknik bernyanyinya.” ujar Regina.

Jeremee, Regina, dan tim sudah memainkan berbagai lagu di sejumlah kegiatan sekolah, seperti “Kebo Giro” yang biasanya dimainkan untuk membuka acara, lalu “Ketawang”, “Ojo Dipleroki”, serta lagu nasional “Ibu Pertiwi”. Dalam Ibadah dan Perayaan Natal, mereka juga mengiringi untuk lagu “Feliz Navidad” dan “Hai Mari Berhimpun”.

“Untuk lagu-lagu tradisional, saya berlatih melafalkannya dengan mendengarkan video di YouTube dan dibantu juga oleh guru. Terkadang saya menemukan kesulitan, seperti apa yang tertulis berbeda ketika dilafalkan, tetapi saya terus melatih diri sampai bisa.” ungkap Regina.

Permainan Gamelan yang Viral

Tidak hanya menyita perhatian warga sekolah, ternyata permainan Gamelan Jeremee, Regina, dan tim Gamelan SMAK PENABUR Kota Tangerang yang diunggah di TikTok https://vt.tiktok.com/ZSFMVcdwP/  menarik perhatian banyak warganet dan menjadi viral, dengan jumlah views 305,2K yang terus bertambah.

Jeremee bercerita itu adalah video latihan untuk pembukaan Edufair 2023 berjudul “Gugur Gunung”. “Sebenarnya itu kita lagi latihan dan sekalian check sound juga. Kebetulan ada yang rekam dan masuk TikTok, kaget juga ternyata views nya banyak. Komentar nya sangat positif dan bahkan ada yang request lagu juga.” tuturnya sambil tersenyum senang.

Meskipun ekstrakurikuler Gamelan masih seumur jagung, namun hebatnya sudah bisa mencetak prestasi. Mereka baru saja meraih juara 2 di ajang Festival Karawitan Nasional 2023 yang diselenggarakan oleh Universitas Tarumanagara (UNTAR).

“Kami dikasih panduan untuk mempersiapkan diri kurang lebih 2-3 bulan. Selama proses latihan tidak ada kesulitan karena sudah sering berlatih dengan tim yang sama, jadi lebih mudah untuk proses adaptasinya.” tutur Jeremee.

Kendala justru ditemukan pada saat lomba ketika menyatukan ritmik. Dalam Gamelan acuan memulai lagu adalah Gendang. Pada saat lomba ternyata ritmik gendangnya off beat, untuk itu perlu penyesuaian yang cepat agar lagu yang dimainkan tetap harmonis.

Regina, sang sinden, juga menemukan tantangan saat itu. “Kesulitannya adalah suka kalah (volume) suaranya dengan para pemain Gamelan, apalagi pada saat lomba, jarak sinden dan pemain Gamelan cukup jauh.” ujarnya.

Jeremee menambahkan, “Tipe Gamelan yang di sekolah dan di UNTAR itu berbeda, disini kuningan, disana perunggu. Perunggu lebih berat dan ketika dipukul suaranya lebih mendem, tetapi kalau dipukul dengan keras itu sangat kencang suaranya. Jadi, dinamikanya benar-benar sangat diperhatikan.”

Meskipun demikian, mereka bersyukur segala tantangan itu dapat teratasi. Tim yang kompak ini mampu menyelesaikan penampilan dengan baik dan memboyong kemenangan.

Dukungan orang tua

Tidak merasa berjuang sendirian, Regina dan Jeremee mengungkapkan bagaimana orang tua mereka sangat mendukung untuk bergabung di ekstrakurikuler Gamelan. “Orang tua saya mendukung karena ini adalah bagian dari melestarikan kebudayaan. Jadi, pada saat latihan dan lomba, mereka juga kaget saya ternyata bisa nyinden.” ujar Regina.

Jeremee mengaku kedua orang tuanya awalnya kaget karena baru tahu ternyata di SMAK PENABUR Kota Tangerang ada ekstrakurikuler Gamelan. Namun mereka tetap mendukung penuh, bahkan memberikan izin berlatih sampai sore karena alat musik Gamelan hanya ada di sekolah, tidak ada di rumah.

Editor : Eti Artayatini


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home