Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 00:00 WIB | Sabtu, 15 Maret 2014

Makna Kita bagi Orang Lain: Berkat atau Masalah?

Ular tembaga (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Kisah pemanggilan Abraham (Kej. 12:1-4a) bukan tanpa tujuan. Tujuannya: Abraham menjadi berkat. Abraham tak hanya menjadi saluran berkat, tetapi dia sendiri adalah berkat! Apakah kita—anak-anak Abraham dalam iman—juga menjadi berkat. Apakah makna kita bagi orang lain? Berkat atau masalah?

Dalam pertemuan Yesus dan Nikodemus, terlihat jelas Yesus adalah berkat bagi Nikodemus. Mengapa? Ketika Nikodemus datang pada waktu malam, Yesus tidak menolaknya. Yesus menjadikan Nikodemus sebagai prioritas utama-Nya malam itu.

Tampaknya, Yesus sungguh tahu kebutuhan Sang Tamu. Sehingga ketika pemimpin agama Yahudi itu memuji-Nya, Yesus tidak terbuai oleh pujian, dan langsung ke pokok persoalan. Dia tidak ingin membuang-buang waktu. Sang Guru dari Nazaret memang hanya ingin mempercakapkan yang perlu-perlu saja. Tentunya, ini bukan karena waktu adalah uang. Bukan pula karena tak ingin berlama-lama dengan tamunya. Tetapi, Yesus ingin mempercakapkan yang terpenting dalam hidup—tanpa basa-basi.

Ya, tanpa basa-basi, Yesus langsung berkata, ”Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh. 3:3). Kalimat yang membuat Nikodemus bingung dan cepat merespons: ”Bagaimana mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” (Yoh. 3:4).

Yesus pun kemudian berbicara banyak soal kelahiran kembali. Dilahirkan kembali berarti memercayai penyelamatan Allah dalam karya Anak Manusia. Dan apa yang dilakukan Anak Manusia itu seperti ular tembaga yang dibuat Musa. Orang yang melihat ular tembaga itu langsung sembuh.

Hanya melihat memang. Tetapi, sesungguhnya itu juga bukan hal mudah. Orang yang hanya mengandalkan rasio pastilah sukar mengarahkan pandangan ke ular tembaga itu. Memandang ular tembaga itu berarti percaya kepada Allah yang telah memerintahkan Musa membuat ular tembaga itu. Penyelamatan Allah tidak akan berguna bagi pribadi-pribadi yang tidak merasa membutuhkannya.

Itulah makna keberadaan Yesus bagi Nikodemus. Sejarah mencatat, iman Nikodemus bertumbuh. Bersama dengan Yusuf dari Arimatea, Nikodemus merawat jenasah Yesus orang Nazaret. Tentu, ada kaitan erat antara kisah pemakaman Yesus dan pertemuan malam itu.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home