Mantan
SATUHARAPAN.COM - Sebagai pejabat — jabatan apa pun dan di mana pun; di pemerintahan, di perusahaan, bahkan juga di gereja, akan tiba saatnya kita menjadi mantan. Sebab kita tidak bisa melawan waktu yang terus menggelinding. Kita akan menjadi uzur. Lalu keluar arena, dan digantikan oleh yang muda. Suka atau tidak suka.
Maka....
Ketika saatnya kita menjabat, memegang suatu posisi di satu tempat; jalani itu dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Hingga kelak bila kita jadi mantan, setidaknya kita telah meninggalkan sesuatu yang patut dikenang dengan bangga; sekecil apa pun itu. Dan kita tidak perlu pula merasa resah dan gelisah, kalau penerus kita ternyata bisa berbuat lebih baik.
(Seperti yang terjadi di negeri Nganu. Ada seorang mantan yang terus saja galau dengan keberhasilan penerusnya. Setiap kemajuan dan kebaikan yang dihasilkan oleh sang penerus, baginya dirasakan sebagai sayatan pedang di ulu hati. Perih menyesakkan dada. Alhasil, ia jadi suka nyinyir dan baperan. Tetapi celakanya, kenyinyiran dan kebaperannya itu justru berbalik menampar mukanya sendiri).
Dan ketika saatnya kita harus turun gelanggang, lalu kemudian menjadi mantan, terima itu dengan rela. Dan hati damai. Hingga bisa menikmati masa-masa emeritus dengan tenang dan sejahtera; menikmati waktu bersama anak dan cucu. Tidak perlulah “cawe-cawe” untuk meramaikan gelanggang lagi; apalagi kalau sampai harus kasak kusuk menghalalkan segala cara.
Editor: Tjhia Yen Nie
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...