Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:21 WIB | Minggu, 21 Maret 2021

Mantan Presiden Iran Dikecam Setelah Pernyataan Minta Maaf

Mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami. (Foto: dok. AP)

TEHERAN, SATUHARAPAN.COM-Mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami, mendapat kecaman pada hari Sabtu (20/3) setelah mengungkapkan penyesalan atas "penderitaan dan kesedihan" rakyat negara itu, dalam komentar publik menjelang pemilihan bulan Juni.

“Ketimbang menyampaikan ucapan selamat kepada orang-orang, saya lebih memilih untuk memberikan simpati dan dukungan saya atas penderitaan dan kesedihan yang telah mereka alami,” kata Khatami dalam pesan video pada hari Kamis (18/3) pada kesempatan Tahun Baru Persia. Pernyataan yang jarakng terjadi di negar itu

"Saya ... dengan tulus meminta maaf kepada rakyat Iran atas kekurangan dalam pekerjaan saya" selama menjabat, katanya.

Saat rakyat Iran merayakan tahun baru pada hari Sabtu, kantor berita Tasnim yang sangat konservatif mengecam mantan presiden tersebut atas ucapannya, dengan mengatakan: "Tuan Khatami, Anda adalah bagian dari masalah, bukan solusinya."

"Situasi sosial dan politik yang mengerikan saat ini sebagian besar adalah hasil dari pemerintahan yang berkuasa... dengan dukungan Anda, dan sekarang Anda adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rekam jejaknya," tambahnya.

Iran akan mengadakan pemilihan presiden dan dewan kota pada 18 Juni, ketika para pemilih akan memilih pengganti Presiden Hassan Rouhani, yang sedang dalam tahun terakhir dari empat tahun masa jabatannya.

Dalam sambutannya, Khatami, yang menjabat sebagai presiden dari tahun 1997 hingga 2005, mengungkapkan harapan bahwa pemilu akan “bebas dan inklusif”.

Pemerintah Rouhani yang moderat berkuasa dalam aliansi dengan reformis Iran, dan Khatami adalah tokoh terkemuka dari faksi yang sama.

Pencapaian diplomatik khas Rouhani, kesepakatan nuklir 2015, seharusnya mengakhiri isolasi ekonomi Iran dengan mencabut sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir negara itu. Tetapi perjanjian itu berantakan pada tahun2018, ketika mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan itu dan menerapkan kembali sanksi terhadap republik Islam Iran.

"Bapak. Khatami, apa gunanya bersimpati dengan kesengsaraan orang (sekarang),” Kata Tasnim, menanyakan apakah hal itu akan “memperbaiki” masalah seperti mahalnya biaya hidup.

Pada November 2019, lonjakan harga bahan bakar yang mengejutkan memicu gelombang protes di seluruh Iran, sebelum dihentikan di tengah pemadaman internet yang hampir total. Beberapa otoritas di Iran telah mengumumkan 230 kematian selama apa yang mereka klaim sebagai "kerusuhan." (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home