Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 11:10 WIB | Minggu, 19 Mei 2024

Matahari Mengeluarkan Nyala Api Terbesar dalam Hampir Dua Dekade

Gambar yang disediakan oleh Solar Dynamics Observatory NASA ini menunjukkan jilatan api matahari, kilatan terang di sebelah kanan, pada hari Selasa, 14 Mei 2024. Matahari menghasilkan jilatan api terbesarnya dalam hampir duadekade pada hari Selasa, hanya beberapa hari setelah badai matahari yang parah menghantam Bumi dan menciptakan cahaya utara yang mempesona di tempat yang tidak biasa. (Foto: NASA/SDO via AP)

CAPE CANAVERAL-FLORIDA, SATUHARAPAN.COM-Matahari menghasilkan nyala api terbesarnya dalam hampir dua dekade pada hari Selasa (14/5), hanya beberapa hari setelah badai matahari hebat menghantam Bumi dan menciptakan cahaya utara yang menyilaukan di tempat-tempat yang tidak biasa.

"Belum selesai!" Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengumumkan dalam pembaruannya.

Ini adalah ledakan terbesar dalam siklus matahari 11 tahun ini, yang mendekati puncaknya, menurut NOAA. Kabar baiknya kali ini Bumi harus keluar dari garis api karena suar tersebut meletus di bagian Matahari yang berputar menjauhi Bumi.

Solar Dynamics Observatory milik NASA menangkap kilatan terang suar sinar-X. Ini adalah yang terkuat sejak tahun 2005, dengan skala suar ini diberi peringkat X8.7.

Bryan Brasher dari Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA di Boulder, Colorado mengatakan bahwa hal tersebut mungkin menjadi lebih kuat ketika para ilmuwan mengumpulkan data dari sumber lain.

Peristiwa ini terjadi setelah hampir sepekan flare dan lontaran massal plasma koronal yang mengancam mengganggu pasokan listrik dan komunikasi di Bumi dan di orbit. Ejeksi yang terkait dengan suar hari Selasa tampaknya diarahkan menjauh dari planet kita, meskipun analisis masih terus dilakukan, kata Brasher.

NASA mengatakan badai geomagnetik pada akhir pekan menyebabkan salah satu satelit lingkungannya berputar secara tidak terduga karena berkurangnya ketinggian dari cuaca luar angkasa, dan memasuki hibernasi pelindung yang dikenal sebagai mode aman. Dan di Stasiun Luar Angkasa Internasional, ketujuh astronot tersebut disarankan untuk tinggal di daerah dengan perlindungan radiasi yang kuat. Para kru tidak pernah berada dalam bahaya, menurut NASA. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home