Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Setyomurti 08:30 WIB | Rabu, 30 September 2015

Memahami Kehendak Rakyat

Saat kampanye, tidak salah jika masyarakat juga mengambil peluang untuk membukakan wawasan para calon pemimpinnya.
Sedekah laut (foto: www.wisatamu.com)

SATUHARAPAN.COM – ”Sedekah tidak boleh lewat, itu pakai uang kami, kok ternyata buat kampanye, kami tidak setuju!,” teriak warga.

Itulah yang terjadi ketika warga pesisir di daerah Tambak Lorok Semarang mengadakan upacara Sedekah Laut beberapa waktu lalu.  Masyarakat marah karena hari yang telah ditentukan satu tahun sebelumnya berdasarkan hitungan tradisi telah diubah. Warga menduga perubahan itu dimanfaatkan untuk kegiatan kampanye salah satu pasangan calon walikota dan wakil walikota Semarang.

Rombongan yang dikawal oleh sejumlah anggota kepolisian dan satgas memakai seragam hitam dan merah sempat beradu argumentasi dan dihadang oleh warga yang menolak bila acara tersebut dimajukan harinya. Sempat terjadi aksi saling dorong antardua kubu. ”Ini acara tradisi, acara sakral kenapa memajukan hari seenaknya, padahal untuk menentukan hari saja butuh hitungan. Kok malah dimajukan demi kepentingan politik semata,” ucap koordinator aksi Budi Utomo berapi-api sebagaimana dikutip Suara Merdeka.com.  

Perayaan Sedekah Laut merupakan perayaan yang lazim dilakukan masyarakat di sekitar pesisir, khususnya para nelayan. Sebuah warisan tradisi yang telah berjalan dari tahun ke tahun, di mana  masyarakat mengadakan upacara selamatan bersama dengan melarung kepala kerbau ke laut. Upacara ini merupakan tanda syukur kepada Tuhan, Sang Penguasa Laut, yang telah memberikan berkah kelimpahan dalam kehidupan orang-orang yang bergantung kepada laut serta memohon keselamatan dan berkah untuk kehidupan selanjutnya. Secara swadaya biasanya mereka iuran untuk mendukung pelaksanaan upacara Sedekah Laut ini. Dan biasanya dengan hitungan yang tidak sembarangan, tetapi disepakati sebagai hari sakral yang telah ditentukan satu tahun sebelumnya.

Tentu bisa dimaklumi ketika masyarakat menjadi terkejut atas sikap calon pemimpin yang tidak paham akan kehendak dan tradisi masyarakatnya. Tidak salah jika kemudian masyarakat menjadi beringas menentang ketika merasa bahwa acara mereka telah ”digunakan” untuk kepentingan politik semata! Sungguh mengusik ketenangan dan menjadi buah bibir masyarakat ketika calon pemimpin kurang mampu menangkap aspirasi rakyat.

Saat kampanye, tidak salah jika masyarakat juga mengambil peluang untuk membukakan wawasan para calon pemimpin negeri akan apa yang menjadi kehendak dan kepentingan masyarakat! Agar mau mendengar dan mengerti! Tentu bukan hanya soal sedekah laut, tetapi mengenai banyak hal yang menjadi impian masa depan negeri ini.

Semoga mendapatkan pemimpin berkualitas!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home