Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 14:28 WIB | Kamis, 14 Juli 2016

Menanti Lebih Banyak Partisipasi Muslimah di Olimpiade

Menanti Lebih Banyak Partisipasi Muslimah di Olimpiade
Atlet angkat berat putri asal Uni Emirat Arab, Amna Al Haddad, saat berlatih. (Foto: adweek.com).
Menanti Lebih Banyak Partisipasi Muslimah di Olimpiade
Atlet angkat berat putri asal Uni Emirat Arab, Amna Al Haddad saat berlatih. (Foto: 999fitness.ae).

DUBAI, SATUHARAPAN.COM – Negara-negara di Timur Tengah yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam dalam beberapa kesempatan kurang memperhatikan pentingnya kesetaraan dalam olahraga.  

Washington Post, pada hari Selasa (12/7) mencatat dalam Olimpiade di Rio De Janeiro, Brasil, yang akan dimulai bulan depan setidaknya terjadi peningkatan atlet muslimah yang berlaga di ajang empat tahunan tersebut apabila dibanding dengan Olimpiade di London empat tahun lalu.

Bagi atlet angkat berat putri asal Uni Emirat Arab, Amna Al Haddad, Olimpiade adalah suatu hal yang dia impi-impikan.  

Perempuan berusia 26 tahun yang saat beraktivitas fisik setia mengenakan jilbab tersebut, mengatakan dia selalu bersemangat menghadapi tantangan baru.

Olimpiade di Rio De Janeiro, bagi Haddad, merupakan tempat pembuktian prestasinya.

Dia tidak akan pernah membayangkan dapat lolos ke Olimpiade bulan depan di Rio de Janeiro. Dia juga pasti tidak akan membayangkan dirinya sebagai bagian dari konsep memperoleh keakraban di Timur Tengah di tahun 2010-an, dari atlet wanita.

“Saat ini saya melihat peran perempuan dalam olahraga di Timur Tengah belum banyak diulas,” kata Al Haddad.

Al Haddad berulang kali tampil di berbagai event angkat besi internasional.

Pada 2012, dia adalah atlet Uni Emirat Arab pertama yang  bersaing di event untuk menguji ketahanan fisik seseorang, Reebok Crossfit Games.

Pada acara yang digelar di Seoul tersebut, Al Haddad menceritakan pengalaman unik saat seorang juru kamera stasiun televisi asing mengikuti Al Haddad yang sedang berjalan kaki. Ia sempat takut karena dibuntuti, namun ternyata, juru kamera dan reporter ingin memberi ucapan selamat. Di ajang tersebut dia menduduki peringkat ke-77 dari 170 perempuan di kawasan Asia.

Pada April 2015, dia meraih enam medali emas dan tiga perak pada kejuaraan angkat besi se-Asia, IWF Asian Interclub Championship.

“Angkat berat adalah olahraga yang sangat melelahkan. Bagi saya, apa yang membuat terus dan tidak menyerah pada olahraga, karena saya belajar untuk menjadi sabar,” kata dia.

Al Haddad sadar kesabaran dalam mengangkat beban berat harus dia kembangkan terus-menerus, karena di keluarganya hanya dia sendiri yang dapat mengendalikan keinginan dan kemalasan untuk olahraga.

Ibu dari Al Haddad, Amira Budebs, menuturkan Al Haddad adalah anak kedua dari enam bersaudara. Ia sosok yang ingin berbeda dari saudara-saudaranya. “Amna Al Haddad membuat kami sekeluarga menggandrungi olahraga,” kata Amira Budebs.

Budebs menjelaskan di rumah mereka saat ini dapat ditemukan banyak peralatan kebugaran di sebuah ruangan khusus. Budebs dan saudara-saudari Al Haddad tidak rutin menggunakan peralatan kebugaran, hanya Al Haddad yang rutin menggunakannya. Peralatan tersebut sepintas terlihat berdebu.  

Amira Budebs menceritakan sebelumnya dia tidak terlalu berminat dalam olahraga, namun kini dia menggemari olahraga kebugaran, zumba.

Dalam catatan Washington Post, setidaknya akan terdapat lebih dari 20 muslimah dari tujuh negara yang akan berpartisipasi di Olimpiade 2016.

Saat ini masih minim kesempatan bagi muslimah untuk berpartisipasi dalam olahraga. Washington Post mencatat saat ini muslimah yang bergiat dalam olahraga masih mengalami hambatan untuk dapat berlaga di ajang setingkat Olimpiade, karena masih terkendala norma, budaya, dan aturan yang mengekang perempuan.

Pada Olimpiade yang digelar empat tahun lalu di London, 16 negara Timur Tengah mengirim 158 atlet perempuan. Di luar kawasan tersebut terdapat, terdapat Aljazair yang mengirim 21 atlet perempuan, Maroko mengirim 18.  

Menurut juru bicara Fatima Bint Mubarak Ladies Sports Academy, Fatima Adwan, Olimpiade 2016 yang akan dimulai Jumat (5/8) dapat menjadi saksi hidup peningkatan jumlah muslimah Timur Tengah yang berolahraga.

Adwan mengatakan peningkatan jumlah itu penting bagi sebuah kawasan yang “kurang ramah” bagi muslimah untuk tampil dalam olahraga berskala lokal maupun nasional.

Fatima Bint Mubarak Ladies Sports Academy merupakan sebuah organisasi yang didukung pemerintah untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam olahraga, termasuk organisasi dari latihan mingguan secara rutin dihadiri oleh 1.300 perempuan.

“Timur Tengah memang dipengaruhi oleh budaya, namun kami menyanggah bila hal tersebut berpengaruh ke olahraga,” kata Adwan.

Adwan menyebut dengan banyaknya atlet muslimah yang berlaga di Olimpiade, menunjukkan atlet tersebut tidak ingin menyingkirkan budaya Timur Tengah.

Ia menambah atlet perempuan dari negara Timur Tengah diibaratkan seperti hal yang sulit didapat di pesta akbar dunia.  (washingtonpost.com/thenational.ae)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home