Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 13:49 WIB | Jumat, 04 Oktober 2013

Menjadi Gereja yang Belajar

Jemaat praremaja GKJ Jakarta tekun beribadah (foto: ymindrasmoro)

SATUHARAPAN.COM – ”Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berseru meminta pertolongan? Kapan Engkau akan mendengar dan menyelamatkan kami dari penindasan? Mengapa Kaubiarkan aku melihat begitu banyak kejahatan? Masakan Engkau tahan melihat begitu banyak pelanggaran? Di mana-mana ada kehancuran dan kekerasan, perkelahian dan perselisihan. Hukum diremehkan dan keadilan tak pernah ditegakkan. Orang jahat menjadi unggul atas orang yang jujur, maka keadilan diputarbalikkan.” (Hab. 2:1-4, BIMK)

Demikianlah ratapan Habakuk berkait dengan kehidupan bangsanya. Bangsa yang mengaku diri umat Allah itu ternyata tak hidup sebagai umat Allah. Habakuklah saksinya.

Dalam ratapan itu, agaknya Habakuk juga sedang mewakili umat yang bertanya-tanya: ”Kalau menjadi orang baik itu susah—dan kelihatannya Allah diam saja—lalu buat apa kita berusaha tetap baik?”

Menarik disimak, setelah meratap Habakuk menetapkan diri: ”Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku” (Hab. 2:1, TB).

Yang dilakukan Habakuk adalah pergi ke menara doa untuk menantikan firman Allah. Habakuk ingin mendengarkan suara Allah. Meski Habakuk mengeluh karena merasa Allah tidak berbuat apa-apa—dia tetap ingin mendengarkan suara Allah. Tampaknya Habakuk sadar, yang paling penting dalam diri manusia ialah tetap ingat status sebagai hamba Allah. Dan hamba Allah harus hidup seturut kehendak Allah.

Dan Allah berfirman: ”Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya” (Hab 2:2). Allah meminta Habakuk menulis. Menulis dengan jelas dan lugas supaya orang—meski membacanya sambil lalu—dapat memahaminya. Inti jawaban Allah adalah pembelajaran, yang akan memperlengkapi umat untuk mampu bertindak sebagai hamba Allah.

Menjadi gereja yang belajar. Itu jugalah yang harus dicanangkan di tengah kebobrokan moral bangsa. Gereja harus membekali umat Allah—khususnya generasi muda—untuk memahami apa artinya menjadi Kristen di Indonesia pada abad XXI.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home