Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 14:22 WIB | Senin, 17 Februari 2014

Menlu AS: Perubahan Iklim Menyerupai Senjata Pemusnah Massal

Menlu RI, Marrty Natalegawa, dan Menlu AS, John Kerry.

JAKARTA,  SATUHARAPAN.COM -  Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan bahwa  masalah perubahan iklim mempunyai kesamaan dengan senjata pemusnah massal, karena keduanya membuat  penduduk merasa tidak aman.

Kerry mengatakan hal itu dalam kunjungan ke Jakarta, hari Minggu (16/2). Dia mengatakan, "Pikirkan tentang pengembangan senjata pemusnah massal. Hal itu membuat kita tidak aman, jika Amerika Serikat mengamankan senjata nuklirnya sementara negara-negara lain gagal untuk mencegah jatuhnya senjata ke tangan teroris," kata dia.

"Dalam arti ini, hal itu adalah sama dengan perubahan iklim. Perubahan iklim sekarang dapat dianggap senjata pemusnah massal lain, bahkan mungkin senjata pemusnah massal yang paling menakutkan di dunia… " kata dia.

Kerry mengatakan bahwa  Indonesia berada di garis depan  untuk menghadapi masalah perubahan iklim. Ini tidak berlebihan bahwa cara hidup bisa mengancam seluruh penduduk  menjadi beresiko.

Ideologi Ekstrem

Dia mengatakan bahwa 97 persen ilmuwan iklim telah mengkonfirmasi bahwa perubahan iklim yang terjadi akibat aktivitas manusia. Para ilmuwan juga setuju tentang penyebab dari perubahan ini dan mereka setuju pada efek potensialnya.

“Jadi mari kita percakapan secara terbuka ancaman ini dan tentang apa yang kita, sebagai warga dunia, harus  lakukan untuk mengatasinya,” kata dia.

Kerry menolak anggapan bahwa aktivitas manusia menyebabkan pemanasan global sebagai  pandangan dari "ilmuwan yang tidak benar" dan "penganut ideologi ekstrem.” Dia menegaskan bahwa  perusahaan-perusahaan besar  yang memiliki  kepentingan  tertantu  seharusnya tidak diperbolehkan "membajak" perdebatan tentang perubahan iklim  ini.

Kerry menyebutkan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17.000 pulau merupakan negara rentan perubahan iklim, sangat terancam oleh naiknya permukaan air laut.

"Karena perubahan iklim  bukan rahasia lagi bahwa saat ini Indonesia adalah ... salah satu negara yang paling rentan di Bumi," kata Kerry.

Perjanjian Global

Dia menjelaskan upaya mendorong publik untuk negosiasi di antara hampir 200 negara tentang perjanjian global  mengenai perubahan iklim yang dijadwalkan akan disepakati tahun depan dan untuk mengatasi emisi gas rumah kaca dari tahun 2020.

Kerry menjelaskan AS juga menerapkan apa yang kami sebut "penghapusan utang untuk alam” di mana  beberapa utang Indonesia  telah diganti dengan  investasi dalam konservasi hutan di Sumatera dan Kalimantan.

Kerry mengakui bahwa  China dan Amerika Serikat merupakan negara penghasil emisi gas terbesar di dunia. Keduanya telah sepakat untuk meningkatkan berbagi informasi dan diskusi tentang kebijakan  rencana mereka untuk membatasi emisi gas rumah kaca setelah 2020. (state.gov.)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home