Murbei, Masuk Daftar Tanaman Antikanker
SATUHARAPAN.COM – Murbei, atau besaran, selama ini dikenal juga sebagai tumbuhan sutra karena dapat dijadikan tempat hidup ulat sutra. Namun, selain bermanfaat dalam memproduksi sutra, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional. Para ahli bahkan mulai mengeksplorasi kemungkinan pengembangannya sebagai obat antikanker.
Tumbuhan yang masuk dalam anggota genus Morus dari ordo Rosales dan famili Moraceae ini, memiliki nama ilmiah Morus alba, L.
Morus alba, atau sangya dalam bahasa Tiongkok, merupakan tumbuhan asli dari daerah utara Tiongkok, namun kemudian dibudidayakan di berbagai tempat, baik di daerah dengan iklim subtropis maupun tropis di Asia, Afrika, Australia, ataupun Amerika.
Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut white mulberry. Nama lainnya, shahatut (Hindi), tuta (Sanskrit), tuti (Marathi), dut (Turki). Di Iran, Azerbaijan, dan Armenia, spesies ini dinamakan toot.
Tumbuhan ini, seperti ditulis Nanda Resa Pratama dan Ari Widiyantoro di ccrc.farmasi.ugm.ac.id, tergolong tanaman yang cepat tumbuh, berumur pendek, dan memiliki tinggi 10-20 m. Murbei tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 meter di atas permukaan air laut dengan sinar matahari yang cukup.
Daun murbei berbentuk cuping dan bergerigi di bagian tepi, berguguran di musim gugur, namun selalu tampak hijau di daerah beriklim tropis.
Buah murbei merupakan buah majemuk dengan ukuran panjang 2–3 cm, berwarna merah bila masih mudah dan berubah ungu tua bila ranum. Buah murbei dapat dimakan.
Genus Morus, menurut wikipedia.org, terdiri atas 10–16 spesies, mayoritas spesies asli berasal dari Asia.
Manfaat dan Khasiat Murbei
Murbei, mengutip dari wikipedia.org, terutama dikenal karena daunnya digunakan sebagai makanan ulat sutra. Daunnya juga lazim dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada saat musim kering panjang yang menyebabkan pakan ternak langka.
Buah-buah murbei selain dikonsumsi langsung, juga dapat diolah menjadi selain dan wine.
Selain itu, andalas (Morus macroura), salah satu spesies besaran, sering digunakan kayunya untuk lantai rumah atau mebel karena kuat dan keras. Spesies Morus alba variestas 'Pendula', dikenal sebagai tanaman hias yang populer di Amerika Serikat. Negara Paman Sam itu juga mengembangkan jenis mulberry yang tidak berbuah, untuk produksi ulat sutra.
Sejak lama buah murbei dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Tiongkok, di antaranya sebagai penangkal tumbuhnya uban, tonikum bagi darah, obat susah buang air besar, dan obat diabetes.
Kulit pohon secara tradisional dimanfaatkan untuk obat batuk, asma, obat bengkak, memperlancar buang air kecil, obat demam, sakit kepala, mata lelah.
Cancer Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, melalui tulisan Nanda Resa Pratama dan Ari Widiyantoro, mengutip Hariana (2008), menyebutkan selain bermanfaat dalam memproduksi sutra, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional untuk flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis, dan diabetes melitus.
Murbei mengandung banyak senyawa kimia. Ekstrak etanolik daun murbei dilaporkan memiliki khasiat sebagai antikanker secara in vitro karena memiliki kandungan fitokimia seperti quercetin dan antosianin.
SY Kim, JJ Gao, HK Kang, pada tahun 2000 membuktikannya melalui penelitian “Two flavonoids from the leaves of Morus alba induce differentiation of the human promyelocytic leukemia (HL-60) cell line”, yang dimuat di buletin ilmiah, seperti dikutip di ccrc.farmasi.ugm.ac.id.
Demikian juga PN Chen pada tahun 2006, membuktikannya melalui penelitian “Mulberry anthocyanins, cyanidin 3-rutinoside and cyanidin 3-glucoside, exhibited an inhibitory effect on the migration and invasion of a human lung cancer cell line”.
Quercetin dan antosianin merupakan zat yang terdapat dalam berbagai tanaman, khususnya murbei yang memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Jenis antosianin yang memiliki efek sebagai agen kemopreventif ialah sianidin-3-O-glukosida. Dalam penelitian Chen dan timnya, secara in vitro, sianidin-3-O-glukosida diketahui mampu mereduksi invasi sel kanker paru-paru A549 serta dapat mereduksi motilitas sel.
GD Stoner pada tahun 2008 dan LS Wang pada 2009 juga meneliti peran antosianin sebagai penangkal kanker.
Berkaitan dengan quercetin, penelitian Chen menunjukkan quercetin dapat meningkatkan efek penghambatan adhesi, invasi, dan migrasi dari cisplatin pada kultur sel kanker leher rahim.
Selain sebagai agen kemopreventif seperti yang dikemukakan di atas, quercetin juga dilaporkan dapat berperan sebagai agen ko-kemoterapi.
Editor : Sotyati
BKSDA Titipkan 80 Buaya di Penangkaran Cianjur
CIANJUR, SATUHARAPAN.COM - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah I Bogor, mengakui 80 ek...