Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 10:49 WIB | Selasa, 14 April 2015

Netanyahu: Iran Makin Berani dan akan Meningkatkan Teror

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan keterangan pers mengenai kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara adidaya di Yerusalem, 12 April 2015. (Foto: timesofisrael.com)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin (13/4) malam mengatakan Iran akan semakin berani melakukan aksi teror setelah mencapai kesepakatan nuklir dengan negara adidaya, dan memperingatkan bahwa Teheran akan "mencengkeram Timur Tengah dengan tangan teror dan darah".

Komentar Perdana Menteri Israel tersebut dikeluarkan beberapa jam setelah Rusia mengumumkan akan memasok kembali sistem rudal pertahanan udara S-300 ke Republik Islam, yang ditolak Israel dan Amerika Serikat.

"Iran mendapat dukungan, hasil dari konsesi yang diterimanya dari negara-negara besar," kata Netanyahu.

"Pesannya adalah Iran tidak diminta menghentikan apa yang dilakukannya, untuk menghentikan agresinya. Itu boleh terus berlanjut dan bahkan meningkatkan agresinya, dan itu persis apa yang dilakukannya. Iran telah melakukannya dalam beberapa bulan terakhir, dalam beberapa pekan terakhir dan dalam beberapa hari terakhir ... Mencengkeram Timur Tengah dengan tangan teror dan darah."

Netanyahu mengingatkan jika kesepakatan nuklir benar diimplementasikan 30 Juni nanti, yang bertujuan membatasi program nuklir Iran dengan ditukar pencabutan sanksi, berarti ekspansionis Teheran mendapat "legitimasi internasional."
 
"Iran menerima legitimasi untuk melanjutkan aksinya ketika sanksi-sanksi dicabut, jika memang kesepakatan disetujui, maka Iran akan menerima miliaran dolar untuk membiayai mesin perang dan terorisme, dengan legitimasi internasional," katanya.
 
Presiden Vladimir Putin sebelumnya mencabut larangan menyuplai Iran dengan sistem rudal pertahanan udara S-300, setelah Teheran mencapai kesepakatan dengan negara-negara Barat mengenai program nuklirnya yang kontroversial.

Sebuah dekrit yang ditandatangani oleh Putin telah menghapus larangan pengiriman rudal S-300 dari Rusia ke Iran, menurut pernyataan Kremlin.

Moskow memblokir pengiriman rudal darat ke udara tersebut kepada Teheran pada 2010, setelah PBB menjatuhkan sanksi terhadap Iran terkait program nuklirnya dengan melarang penjualan senjata berteknologi tinggi.

Iran kemudian mengajukan gugatan senilai 4 miliar dolar Amerika (sekitar Rp 52 triliun) terhadap Moskow di pengadilan arbitrase Jenewa.

Keputusan untuk mencabut larangan pengiriman itu dilakukan setelah Teheran dan negara-negara adidaya termasuk Rusia membuat terobosan besar bulan ini dengan menyepakati garis besar kesepakatan yang ditujukan untuk membatasi program nuklir Iran.

Kerangka kesepakatan yang disetujui di Lausanne Swiss itu menandai kemajuan yang krusial dalam kebuntuan selama 12 tahun antara Iran dan negara-negara Barat, yang menuduh Teheran berusaha mengembangkan bom nuklir namun terus ditampiknya.

Negara-negara adidaya harus menyelesaikan seluruh masalah teknis pada batas waktu 30 Juni untuk mencapai kesepakatan akhir, termasuk langkah-langkah untuk mencabut sanksi global yang diberlakukan terhadap Iran, dan menyelesaikan seluruh pertanyaan tentang kemungkinan dimensi militer dari program nuklirnya. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home