Loading...
INSPIRASI
Penulis: Priskila Prima Hevina 07:22 WIB | Jumat, 13 Januari 2017

New Year, New You

Pembaruan komitmen juga berfungsi untuk mengupgrade kualitas komitmen.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Sudah dua pekan kita menggunakan kalender 2017. Bagaimana rasanya? Adakah slogan ”new year, new you” berlaku?

Menurut kebiasaan orang modern, tahun baru disambut dengan kesibukan merancang resolusi. Ada yang menuangkan dalam indikator konkret, seperti menabung sekian rupiah setiap minggu. Ada juga yang menuangkan dalam indikator ngawang-ngawang, seperti belajar lebih sabar. Anda seperti apa? Atau jangan-jangan Anda bukan penganut kebiasaan membuat resolusi.

Barangkali, yang semestinya dilakukan orang di tahun baru bukanlah merancang resolusi. Sebut saja orang pascamodern, lebih memilih menciptakan komitmen. Komitmen lebih dari resolusi. Resolusi sebatas kebulatan putusan untuk mengerjakan sesuatu. Urusan resolusi hanya dengan diri sendiri. Dan sebagaimana kita sadari, resolusi biasanya hanya sistem kaget.

Sedang komitmen memuat substansi yang lebih kompleks. Komitmen adalah perjanjian, jelas akan ada pihak yang berdiri jadi saksi. Komitmen membutuhkan integritas dan kontinuitas. Komitmen menuntut adanya akuntabilitas. Komitmen harus menghadirkan dampak bagi orang di sekitar kita.

Kembali ke masing-masing orang, mau pilih yang mana antara resolusi dan komitmen. Tetapi, yang jelas  pembaruan diri selalu terbuka dilakukan di mana saja dan kapan saja. Dunia berubah, tahun saja bertambah, kita pun mesti turut berbenah.

Sekadar saran, sebelum mencanangkan resolusi atau komitmen ini itu, ada baiknya kita setel kejujuran terhadap diri sendiri. Merancang resolusi atau membangun komitmen itu tidak bisa jadi dalam semalam. Kita punya waktu setiap hari untuk berkaca, melihat apa yang belum beres dan mesti diperbaiki.

Jangan memaksa berkomitmen kalau nyatanya diri tidak siap! Jangan sok membuat komitmen yang memang tak ingin kita kerjakan! Jangan memasang target komitmen spektakuler karena proses selalu berharga mahal! Resolusi mungkin dibuat untuk nggaya, padahal komitmen tidak untuk nggaya-nggayaan.

Kedewasaan seseorang salah satunya dilihat dari caranya bertanggung jawab atas suatu komitmen. Dimulai dari sejak komitmen itu direncanakan, dieksekusi, hingga dievalusi. Pembaruan komitmen perlu dilakukan. Bukan dalam rangka mengubah komitmen dari A menjadi B. Namun, untuk mengingatkan kita kembali pada komitmen, untuk meluruskan kembali apabila khilaf melalaikan komitmen. Pembaruan komitmen juga berfungsi untuk meng-upgrade kualitas komitmen, berpijak dari kesepakatan pertama.

Salah satu resolusi yang ditawarkan oleh Sri Paus Fransiskus adalah terlibat dalam komitmen. “Make commitments, such as marriage” – bukan nyuruh nikah lo, tetapi mengajak kita semua belajar menuju dewasa. Komitmen barang mahal, jadi tak mungkin dikerjakan sepanjang kita masih bersikap kekanak-kanakan.

Selamat bergumul dengan komitmen. Happy new year, happy new you!

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home