Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 02:03 WIB | Jumat, 01 Januari 2016

Novel Percintaan Wanita Yahudi dan Pria Arab Ditolak Masuk Kurikulum

Dorit Rabinyan, penulis novel Borderlife (Foto:nbcnews.com)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Israel menolak untuk menyertakan sebuah novel tentang hubungan cinta antara seorang wanita Yahudi dan seorang pria Arab Palestina di kurikulum sekolah tinggi negara itu. Alasannya, novel itu dikhawatirkan bisa mendorong perkawinan antara orang Yahudi dan non-Yahudi.

Penolakan atas "Borderlife," sebuah novel yang diterbitkan tahun lalu, menimbulkan kegemparan di Israel, dan kritikus menuduh pemerintah melakukan sensor.

Insiden ini pertama kali dilaporkan oleh harian Haaretz dan dikonfirmasi dalam sebuah pernyataan oleh Departemen Pendidikan untuk The Associated Press pada hari Kamis (31/12).

Penolakan itu juga membangkitkan kembali iklim ketidakpercayaan antara orang Arab dan Yahudi, yang telah semakin dalam selama gelombang kekerasan Israel-Palestina.

Kementerian Pendidikan Israel mengatakan kepada AP bahwa panel telah memperdebatkan usulan menambahkan buku "Borderlife" ke dalam kurikulum bacaan SMA, tetapi panel memutuskan untuk tidak memasukkannya. Media Israel mengatakan para guru telah meminta buku itu dimasukkan dalam daftar bacaan siswa.

Sebelumnya, Haaretz mengutip sebuah surat oleh pejabat kementerian, Dalia Fenig, yang mengatakan  bahwa buku tersebut, yang tahun ini menerima penghargaan sastra yang bergengsi di Israel, Bernstein, dikeluarkan dari usulan kurikulum karena isinya dianggap tidak layak untuk siswa SMA.

"Remaja cenderung melamun dan tidak memiliki, dalam banyak kasus, titik pandang sistematis  yang mencakup pertimbangan tentang menjaga identitas bangsa dan pentingnya asimilasi," Fenig mengatakan dalam suratnya.

Kurikulum sekolah tinggi Israel sebetulnya memasukkan  buku-buku yang membahas tentang berbagai isu-isu panas, termasuk "Khirbet Khizeh," sebuah novel tahun 1949  tentang pengusiran orang Arab dari sebuah desa fiktif oleh tentara Israel, dan "A Trumpet in the Wadi," sebuah novel tahun 1987 tentang hubungan cinta antara seorang pria Yahudi dan seorang wanita Arab Kristen. Karya lain dari penulis "Borderlife," Dorit Rabinyan, juga termasuk dalam daftar bacaan untuk siswa.

Dalam sebuah wawancara dengan Radio Angkatan Darat, Fenig mengatakan bahwa ada buku lain pada daftar bacaan siswa yang berkaitan dengan hubungan antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Itu juga merupakan salah satu alasan "Borderlife" tidak diikutkan.

Dia juga mengatakan bahwa waktunya tidak tepat memasukkan buku tersebut sebagai bacaan siswa, bertepatan dengan  berbagai aksi kekerasan di Israel, yang dikhawatirkan menimbulkan ketegangan di dalam kelas.

Sudah lebih dari tiga bulan kekerasan Israel-Palestina berlangsung dan telah menewaskan 21 warga Israel dan 131 warga Palestina.

Awal tahun ini, menteri kebudayaan Israel membekukan dana untuk teater Arab di Haifa, karena pementasan drama yang kontroversial. Langkah tersebut memunculkan kritik bahwa menteri menghalangi kebebasan berekspresi.

Penulis dan politisi bereaksi marah terhadap penolakan "Borderlife."

Legislator dari partai oposisi, Ksenia Svetlova mengatakan keputusan itu "memuakkan" sementara AB Yehoshua, salah satu penulis Israel yang paling terkenal, mengatakan kepada Haaretz itu mirip dengan "menolak puluhan buku, cerita, drama dan film yang masing-masing mencoba dengan cara mereka menangani dengan realistis hubungan yang rumit antara kita dan kalangan minoritas yang hidup di antara kita dan di bawah pendudukan kita. "

Asimilasi, istilah yang digunakan untuk melemahnya secara bertahap identitas Yahudi dengan meleburnya ke dalam budaya Barat, merupakan salah satu masalah yang paling eksplosif di dunia Yahudi. Sepertiga dari orang-orang Yahudi di dunia tewas dalam Holocaust, dan beberapa orang Yahudi takut bahwa perkawinan dan asimilasi sekarang akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat mereka.

Yahudi dan Arab hampir tidak kawin di Israel, di mana masyarakat sering hidup terpisah.

Namun ancaman asimilasi, terutama melalui pernikahan orang Israel dengan  non-Yahudi, masih menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga Israel. Tingkat perkawinan tinggi di antara sesama Yahudi Amerika juga telah menambah kekhawatiran.

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home