Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 18:41 WIB | Jumat, 07 Maret 2014

Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer: Sejarah Tidak Selalu Manis

Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer: Sejarah Tidak Selalu Manis
Adegan Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer. (Foto-foto: Ignatius Dwiana)
Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer: Sejarah Tidak Selalu Manis

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – ‘Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer’ tentang Ming yang adalah cucu Eyang Nini. Belakangan Ming mengetahui dari salah seorang saudaranya bahwa neneknya itu seorang aktifis perempuan yang menjadi tahanan politik pasca peristiwa ‘65. Sementara kakeknya, Darsana, aktifis lembaga kebudayaan yang hilang setelah meletus peristiwa ’65.

Ketika Eyang Nini dalam penjara, anak Eyang Nini yaitu Rahma Nina yang adalah ibu Ming kemudian dibesarkan salah seorang kerabat jauh Eyang Nini. Ketika masih kecil Ming sudah ditinggal orang tuanya. Ayahnya pergi meninggalkan ibunya karena mengetahui ibunya keturunan tahanan politik. Ibunya lalu menjadi depresi dan meninggal.

Ming, cucu Eyang Nini yang sudah dewasa itu biasa menemani neneknya itu. Dia pun berkenalan dengan para aktifis perempuan yang senasib dengan neneknya selama mendekam di Plantungan. Kehadiran para aktifis perempuan di rumah Eyang Nini itu mengungkap lebih jauh masa kelam neneknya yang tidak diketahui Ming. Mereka hadir tidak sekedar untuk bernostalgia bersama neneknya, tetapi lebih untuk menguatkan neneknya yang menjadi korban kekerasan seksual semasa di Plantungan.

Eyang Nini yang menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan seksual itu pun kemudian mengandung dan melahirkan anak. Walau anak yang dilahirkan itu tidak berdosa, tetapi Eyang Nini merasa harus menanggung hasil kebejatan itu. Dia tidak sudi melihat anak itu dan menitipkan kepada penduduk di sekitar Plantungan. Tetapi persoalan itu terus mengitari pikirannya. Eyang Nini pun bertanya kepada kawan-kawannya yang berada di rumahnya,”Apakah aku telah bertindak salah?”

‘Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer’ ini ditulis Faiza Mardzoeki. Sekaligus dia Produser dan Sutradara. Dalam pementasan ini akan didukung sejumlah pemain teater. Di antaranya Niniek L Karim, Pipien Putri, Irawita, Ani Surestu, Ruth Marini, dan Heliana Sinaga. Mereka akan menampilkan pergulatan para penyintas dengan persoalan traumatiknya. Persoalan sejarah tampil dalam pementasan tidak ditampilkan sebagai hal manis. Tetapi perjalanan kehidupan yang penuh tragedi dan ironi.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home