Loading...
Penulis: Reporter Satuharapan 05:32 WIB | Minggu, 15 Maret 2015

Pakai Pakaian Dalam Besi, Seniman Afghanistan Diancam

Meski Kubra Khademi (27) mendapat ancaman pembunuhan dari kelompok fundamentalis Islam, ia mengaku tidak menyesal. (Foto: stripes.com)

KABUL, SATUHARAPAN.COM – Seorang seniman cantik Afghanistan terpaksa mendekam di suatu tempat rahasia akibat ancaman pembunuhan karena ia mengenakan setelan baju dalam logam yang dianggap menampilkan payudara dan bokong secara berlebihan.

Namanya Kubra Khademi. Seperti yang diberitakan BBC pada Jumat (13/3), ia mengenakan setelan pakaian dalam besi di jalan-jalan Kota Kabul, Afghanistan, untuk menyoroti masalah pelecehan seksual yang dihadapi perempuan.

Rencananya ia ingin memamerkan aksinya selama sepuluh menit. Sayangnya, ia harus kembali ke mobil, hanya delapan menit, setelah massa memaki-makinya.

Khademi prihatin dengan kondisi perempuan Afghanistan. Menurutnya, perempuan di negara tersebut menderita dalam diam. Mereka mengenakan burqa (cadar) dan bahan-bahan tebal untuk melindungi diri dari kejahatan tersebut.

Kepada BBC, artis cantik itu mengaku membuat setelan pakaian dalam itu selama beberapa minggu. Seorang pandai besi yang ia sewa pun terkejut saat harus membuat logam dengan bentuk payudara dan bokong.

Khademi merancang bentuk tersebut karena menurutnya dua hal itulah yang laki-laki pikirkan saat melihat perempuan.

Artis cantik 27 tahun itu mengaku, saat berusia 4 tahun, ia mengalami pelecehan seksual oleh orang asing. “Seandainya pakaian saya terbuat dari besi,” begitu yang ia pikirkan sesaat setelah kejahatan itu terjadi.

Ia melancarkan aksinya di daerah padat penduduk Kota Kabul pada Kamis (5/3), tempat ia pernah mengalami pelecehan saat sebagai mahasiswa pada 2008 silam.

Saat ini hidupnya terbalik. Khademi harus bersembunyi lantaran ancaman mati harus ia terima terus-menerus melalui telepon dan email dari kelompok fundamentalis agama.

"Tidak ada yang membela saya, mereka (masyarakat) malah menyalahkan saya." ujar Khademi. Namun, ia tidak menyesal. "Apa yang saya hadapi sekarang adalah realitas masyarakat di Afghanistan," katanya. "Saya tidak bisa mengubah hal itu dengan segera. Tidak masalah Anda marah, tapi inilah yang bisa saya lakukan dan saya tidak akan berhenti."

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home