Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 01:55 WIB | Sabtu, 11 November 2017

Pameran "Saludos Graf!" di Miracle Prints

Pameran "Saludos Graf!" di Miracle Prints
Karya berjudul "Rekonstruksi Van Gogh VII" (Syahrizal Pahlevi, woodcut) pada pameran seni grafis "Saludos Graf!" di New Miracle Prints, jl. Suryodiningratan 34, Yogyakarta. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran "Saludos Graf!" di Miracle Prints
Dua karya miniprint Ana Melano (dua karya dari baris kiri) dan karya Adriano Castro.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Delapan seniman dari Indonesia dan Amerika Latin menggelar pameran bersama seni grafis di Miracle Prints. Kedelapan seniman tersebut adalah Ana Melano/Argentina, Adriano Castro/Bazil, Manuel Lau/Peru, Silvia Gaona Moreo/Mexico, Aliem Bakhtiar/Yogyakarta, Immartyas Giina/Bandung, Syahrizal Pahlevi/Yogyakarta, Yassir Malik/Jakarta.

Karya grafis dengan beragam teknik mulai intaglio, dry point, stone cut (cukil batu), etching (etsa), silk screen printing (sablon), dan lino-cut (cukil linoleum) dipamerkan dalam berbagai ukuran.

"Teknik cukil batu (stone cut) menggunakan batuan sejenis giok. Batuan ini banyak dijual Guanlan-Guangzhou (China). Jaman dulu stempel di China banyak menggunakan jenis batuan ini. Untuk stone-cut, pencetakannya biasanya menggunakan kertas tipis yang ditaruh di atas batu yang sudah dicukil dan diberi cat. Dengan menggosok desain di batu ditransferkan ke kertas." jelas Syahrizal Pahlevi kepada satuharapan.com Jumat (10/11) sore.

Empat karya miniprint Immartyas Giina berjudul "30", "Road", "Y", dan "Piece" dicetak dengan teknik dry point di atas kertas. Ana Melano dan Silvia Gaona Moreo menggunakan teknik intaglio untuk buah karya miniprint-nya, sebuah teknik yang biasa digunakan untuk mencetak uang. Adriano Castro menggunakan teknik dry point dan etching pada empat karyanya. 

Pada keempat karyanya Yasir Malik menggunakan lico-cut dan silk screen print. Manuel Lau membuat tiga karya miniprint dengan teknik stone cut. Pada karya berjudul "Melati van Java", Aliem Bakhtiar mencetak karya dry point-nya dalam tiga warna yang berbeda hijau, sephia, dan coklat. Sementara Syahrizal Pahlevi membuat karya woodcut dalam ukuran A2 berjudul "Rekonstruksi Van Gogh VII".

Pameran dibuka Jumat (10/11) dengan penampilan “Special Perform in Latina” Anton Larenz. Anton menjelaskan perkembangan seni grafis di wilayah Amerika Latin dalam dua bahasa: Indonesia dan Spanyol. Menurut Anton seni Amerika latin seperti negara lainnya yang saat ini menggarap tema-tema kekinian yang hampir seragam dan terinspirasi dari perkembangan dunia global dan mengambil apa pun dari luar negaranya.

Saludos’ dari bahasa Spanyol, bahasa sebagian besar penduduk Amerika Latin yang berarti “salam, respect”. Salam adalah ucapan baik dalam menyudahi sebuah surat atau pesan atau pertemuan langsung yang mengandung harapan mungkin akan berkirim surat lagi atau bertemu lagi. 

Di Indonesia, kehidupan seni grafis, lebih kurang hampir seumur dengan kehadiran institusi pendidikan tinggi seni rupa di Indonesia. Tahun 1940-an, sejumlah perupa seperti Baharudin Marasutan, Mochtar Apin, sudah aktif berkarya grafis. Tak banyak lulusan seni grafis ISI Yogyakarta, juga dari institusi pendidikan tinggi lainnya (IKJ, FSRD ITB, atau ISI Denpasar) yang menekuni dan mengembangkan seni grafis sebagai medium utama dalam kapasitasnya sebagai perupa.

Tentang karya seni grafis sebagai salah satu alat diplomasi antar bangsa, seniman grafis Syahrizal Pahlevi yang beberapa waktu lalu mengikuti program residensi "Belt and Road" di China Guanlan Original Printmaking Base (CGOPmB) menjelaskan bagaimana pemerintah China menjadikan CGOPmB sebagai salah satu studio untuk menghasilkan karya seni grafis. Hasil karya seni grafis sebagian ditampung pemerintah untuk dijadikan sebagai oleh-oleh/cinderamata bagi tamu-tamu pemerintah.

"Tema Saludos Graf dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya "Hallo Grafis", semacam ucapan salam. Upaya saling intip tema, gaya, sejarah, dan bentuk gaya visual masing-masing. Tapi pada dasarnya seni yang salah bentuknya membuat sebuah komunikasi dan diskursus untuk bertukar pemikiran, gagasan atau saling bercerita tetap bisa dijalankan. Mungkin ini adalah sebuah perkenalan awal, yang sebenarnya telah di mulai sejak pelaksanaan Jogja Miniprint Biennale beberapa waktu lalu. Kita tetap bisa berbincang, saling tukar pengalaman mengenai grafis: seputar teknis, gerakan, wacana, dan bermacam hal lainnya. Dan Saludos Graf adalah upaya membuka hal itu." kata Aliem Bakhtiar di sela-sela pembukaan pameran. 

Tujuh puluh tahun silam, pemerintah Indonesia telah melakukan diplomasi budaya dengan bangsa lain melalui karya seni grafis anak bangsanya. Jika hari-hari ini justru seni grafis (printmaking) seolah "tersisih" dari khasanah seni rupa, terlepas dari perkembangan digital printing dan dunia digital yang menjadi mitra sekaligus kompetitornya, tentu ada yang perlu dibenahi dalam pengembangan seni grafis di tanah air.

Pameran seni grafis "Saludos Graf!" yang diselenggarakan di New Miracle Prints, jl. Suryodiningratan 34, Yogyakarta akan berlangsung hingga 20 November 2017.

 

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home