Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:29 WIB | Rabu, 10 Agustus 2016

Patung Maria dan Yesus di Gereja Katolik Klaten Dirusak

Patung Bunda Maria yang dibuang ke sungai. (Foto: Istimewa/netralitas.com)

KLATEN, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Gereja Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun, Klaten, Jawa Tengah, Endang Setyorini, membenarkan terjadi perusakan dua patung di gereja tersebut. Namun pihak gereja sudah melaporkan ke Polsek Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah.

“Ya benar (terjadi peristiwa tersebut, Red), saat ini sudah kami laporkan ke Polsek Jogonalan,” kata Endang Setyorini kepada satuharapan.com melalui telepon, hari Rabu (10/8).

Gereja tersebut terletak di Dusun Minggiran, Plawikan, Jogonalan, Klaten Jawa Tengah. Di samping gereja terdapat sungai yang cukup besar dimana hulu sungai berada di Gunung Merapi.

Menurut dia, dengan mendasari kesaksian koster gereja, Sumarsono, akibat perusakan tersebut sebuah patung Hati Kudus Yesus terjungkal di dekat lokasi, sementara patung lainnya, patung Bunda Maria tergeletak di sungai yang terletak di sisi timur gereja tersebut.

Dia menjelaskan Sumarsono mengetahui peristiwa tersebut terjadi hari Selasa (9/8), lebih kurang pukul 15:00. “Biasanya koster kami berdoa di situ jam segitu, dia bilang patung itu sudah terjungkal dan ada disitu,” kata dia.

Dia mengimbau umat tidak panik dan tidak terpengaruh provokasi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jemaat gereja tersebut diharapkan tetap menguatkan iman dan saling mendoakan dalam peristiwa tersebut.   

“Situasi sekarang sudah kondusif,” kata dia.

Ia menyatakan belum bisa dijelaskan motif pelaku perusakan patung Yesus dan Bunda Maria. Pihak Gereja sedang menyelidiki kejadian tersebut dan meminta semua umat supaya tenang. Perusakan simbol-simbol agama Katolik ini telah diserahkan kepada pihak yang berwajib.

Berbau SARA

Sementara itu seorang warga sekitar Gereja Santo Yusuf Pekerja yang enggan disebut namanya, menyatakan perusakan ini diduga dilakukan kelompok-kelompok radikal yang ingin memicu konflik Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).

“Kejadiannya siang hari ini menunjukkan kelompok radikal ini secara terang-terangan ingin memancing kemarahan dan konflik,” kata warga yang tinggal tidak jauh dari gereja tersebut seperti yang dilansir dari netralitas.com.

Ia menyatakan aksi-aksi ini berkait dengan rentetan peristiwa lain yakni ketidakpuasan pada pembangunan tempat peristirahatan Griya Samadi milik Romo Gregorius Utomo yang berada di Desa Rejoso, Jogonalan Klaten yang segera akan diputuskan oleh Pemda Klaten.

Rumah milik Romo Utomo yang sudah puluhan tahun dipakai untuk berbagai kegiatan, berdiri cukup lama di atas lahan 3800 meter persegi di tengah kampung desa Rejoso, Jogonalan, Klaten sampai saat ini masih disegel satpol PP. Griya Samadi ini lokasinya tidak jauh dari Gereja Katolik Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun.

“Ini (rumah Romo Gregorius Utomo) sebentar lagi akan diputuskan oleh Pemda Klaten. Dari dulu itu memang rumah pribadi milik Romo. Tapi oleh kelompok-kelompok radikal Islam dituduh sebagai gereja liar,” kata sumber tersebut. Kelompok-kelompok radikal ini terus melakukan ancaman, melakukan demo di Pemda Klaten dan mereka siap berjihad untuk menggagalkan pembangunan rumah pribadi yang dituding sebagai gereja liar.

Sebelumnya, sejumlah ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Kokam Muhammadiyah dan Jamaah Anshor Taudhid (JAT) mendesak Pemda Klaten menolak pembangunan rumah pribadi milik Romo Gregorius Utomo. Ormas-ormas Islam itu memprotes pembangunan tambahan kamar di samping rumah Joglo yang sudah ada. Mereka juga mengancam akan merobohkan secara paksa jika rumah pribadi Romo Utomo digunakan untuk sembayang.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home