Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 16:13 WIB | Selasa, 01 Maret 2016

PBB Kirim Bantuan Perdana ke Suriah Sejak Gencatan Senjata

PBB Kirim Bantuan Perdana ke Suriah Sejak Gencatan Senjata
Organisasi Bulan Sabit Merah Arab Suriah mengatakan sebanyak 10 truk pengangkut berbagai bantuan seperti selimut dan perlengkapan kebersihan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memasuki Kota Moadamiyet al Sham, yang kini terkepung. (Foto: worldbulletin.net)
PBB Kirim Bantuan Perdana ke Suriah Sejak Gencatan Senjata
Polisi Makedonia menembakkan gas air mata ke arah para pengungsi yang berusaha memasuki pagar perbatasan untuk masuk Makedonia, hari Senin (29/2). (Foto: AFP)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Petugas bantuan, hari Senin (29/2), mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi warga Suriah sejak berlakunya gencatan senjata pada akhir pekan lalu, menurut keterangan organisasi Bulan Sabit Merah Arab Suriah.

Organisasi tersebut mengatakan sebanyak 10 truk pengangkut berbagai bantuan seperti selimut dan perlengkapan kebersihan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memasuki Kota Moadamiyet al Sham, yang kini terkepung.

Pejabat Bulan Sabit Merah Muhannad al Asadi mengatakan ini merupakan pengiriman bantuan perdana sejak dimulainya gencatan senjata dan 41 truk lainnya akan menyusul pada hari yang sama.

Namun, secara keseluruhan ini merupakan pengiriman ketiga ke Moadamiyet al Sham selama bulan ini. Kota tersebut kini dikepung oleh pasukan propemerintah dan menjadi saksi meningkatnya aksi kekerasan dalam beberapa bulan terakhir.

Gencatan senjata ditujukan membuka akses untuk pengiriman bantuan bagi lebih dari 480.000 warga Suriah yang tinggal di kawasan yang dikepung pasukan propemerintah, pemberontak atau ekstremis.

Koordinator kemanusiaan PBB Yacoub El Hillo mengatakan badan dunia tersebut berharap dapat memanfaatkan gencatan senjata untuk mengirimkan bantuan bagi 154.000 warga di daerah-daerah terkepung dalam kurun waktu lima hari ke depan.

Krisis Pengungsi Memburuk

Sementara kerusuhan di antara pengungsi yang lari dari Timur Tengah meluas ke perbatasan Eropa dan Balkan, gencatan senjata yang rapuh telah mengurangi tingkat kekerasan di Suriah.

Namun, para analis mengatakan kecuali negara-negara utama di kawasan itu menentukan bagaimana mengatasi sikap masing-masing yang saling berbeda, konflik akan terus pecah dan krisis pengungsi akan makin buruk.

Di perbatasan Yunani dengan Macedonia, para pengungsi dan migran lainnya berusaha menerobos pagar untuk masuk ke Macedonia, sambil polisi Macedonia menembakkan gas air mata untuk mencegah ribuan orang masuk.

Kerusuhan di Yunani hanya sebagian dari sesaknya pengungsi, ketika puluhan ribu orang berusaha keluar dari Suriah menuju Turki dan dalam perjalanan menuju Eropa.

Para analis mengatakan dengan makin dekatnya musim semi, krisis itu akan makin buruk.

"Itulah kekhawatiran setiap orang. Begitu cuaca membaik akan ada gelombang pengungsi yang lebih besar lagi dan pastinya akan makin banyak orang yang akan menyeberang ke Eropa," ungkap Yan St. Pierre sebagaimana dikutip VOA, hari Selasa (1/3).

Yan St. Pierre dari kelompok keamanan Mosecon yang berkantor di Berlin, Jerman, mengatakan berlanjutnya serangan militan ISIS juga ikut menyebabkan krisis pengungsi itu karena banyak keluarga melarikan diri dari serangan-serangan udara koalisi pimpinan Amerika dan Rusia selain perang di darat.

Semua pihak menuduh musuh-musuh mereka melanggar ketentuan gencatan senjata yang mulai berlaku akhir pekan lalu. Tetapi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, suasana yang relatif tenang memungkinkan mereka untuk mengirim bantuan darurat kepada 150.000 orang minggu ini.

Para analis mengatakan untuk mengakhiri perang itu negara-negara yang bersaing termasuk Arab Saudi dan Iran serta sekutu-sekutunya harus merundingkan kesepakatan mengenai isu-isu yang mereka pertentangkan, yaitu pandangan-pandangan garis keras.

Contohnya, wartawan veteran Arab Saudi dan mantan kepala redaktur harian Saudi Gazette, Khaled Almaeena mengatakan Arab Saudi tidak akan menerima adanya Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad, sekutu terdekat Iran yang telah berjanji untuk merebut kembali seluruh Suriah.

"Saya kira secara politik kita cukup dewasa untuk mengakui harus ada periode transisi. Jika Assad pergi, siapa yang akan mengisi kekosongan. Itu satu, dan merupakan situasi “serba salah” jadi penting kita menerima fakta bahwa prosesnya panjang," ujar Almaeena.

Selain banyak negara terlibat dalam perang Suriah, kelompok militan seperti ISIS dan Front al-Nusra tidak menjadi bagian dari perundingan damai atau gencatan senjata. (AFP/Ant)

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home