Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 16:21 WIB | Kamis, 19 Desember 2013

Penerjemah Isyarat di Memorial Mandela Masuk RSJ

Thamsanqa Jantjies penterjemah bahasa isyarat di upacara kematian Nelson Mandela. (Foto: mg.co.za)

JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM - Penerjemah bahasa isyarat di upacara kematian Nelson Mandela, yang mengaku mengalami gangguan skizofrenia setelah dituduh menjadi penafsir gadungan, telah dirawat di rumah sakit jiwa, menurut laporan media Afrika Selatan, Kamis (19/12).

Thamsanqa Jantjie memicu kemarahan atas terjemahan isyaratnya yang berantakan, termasuk saat Presiden AS Barack Obama dan cucu Mandela berpidato mengenang mantan presiden Afrika Selatan itu pekan lalu.

Para ahli bahasa isyarat mengatakan bahasa isyarat yang dilakukannya tidak lebih dari "mengepakkan lengannya" dan " hanya membuat gerakan konyol."

Pada Kamis surat kabar Star mengatakan istri Jantjie, Siziwe, telah membawa suaminya untuk diperiksa di rumah sakit jiwa di dekat Johannesburg pada Selasa, yang menyarankan agar dia segera mendapat perawatan.

"Beberapa hari terakhir begitu sulit . Kami telah memberikan dukungan karena dia kemungkinan mendapat gangguan," katanya seperti dikutip Star.

Jantjie telah dijadwalkan untuk diperiksa di Rumah Sakit Jiwa Sterkfontein di Krugersdorp, Johannesburg, pada 10 Desember.

Tapi jadwal tersebut diganti setelah ia ditawari pekerjaan untuk menerjemahkan bahasa isyarat pada peringatan yang berlangsung pada hari yang sama, menurut Star.

Jantjie telah menyatakan bahwa dia adalah penerjemah bahasa isyarat berkualitas tapi ia mengalami serangan mendadak skizofrenia saat penampilannya.

"Saya melihat malaikat jatuh di stadion. Saya mendengar suara-suara dan kehilangan konsentrasi," katanya.

Media setempat kemudian melaporkan bahwa ia telah menjadi bagian dari massa yang membakar dua orang sampai mati 10 tahun yang lalu -- tuduhan yang dibantahnya -- dan bahwa ia juga telah menghadapi tuduhan pemerkosaan, penculikan dan pencurian.

Peringatan kematian Mandela dihadiri oleh hampir 100 pemimpin dunia dan mantan kepala negara atau pemerintah.

Pemerintah meminta maaf kepada komunitas tuna rungu menyusul skandal tersebut. (AFP)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home