Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 07:28 WIB | Minggu, 20 September 2015

Pengungsi Timur Tengah di Eropa Masih Jadi Polemik

Para imigran terlihat tengah berusaha menaiki kereta api di kota Tovarnik, Kroasia timur, di dekat perbatasan antara Kroasia dan Serbia pada 18 September 2015. Para imigran mulai mencari rute baru ke wilayah Schengen melalui Kroasia, setelah Hongaria menutup perbatasannya. (Foto: AFP)

SATUHARAPAN.COM – Gelombang pengungsi dari Timur Tengah—utamanya dari daerah konflik di Suriah—masih menjadi polemik. Eropa terbelah dalam hal ini.

Misalnya, pejabat Uni Eropa protes karena negara Balkan jadi “korban” gelombang pengungsi. Slovenia menembaki pengungsi dengan gas air mata. Tetapi, Swiss dan Belanda menyerukan penerimaan pada para pengungsi ini tanpa membedakan agamanya.

Seorang pejabat tinggi Uni Eropa pada Jumat (18/9) mengatakan bahwa negara-negara Balkan bukan “tempat parkir” para imigran dan dirinya berjanji akan sepenuhnya membela kepentingan mereka.

“Anda bukan tempat parkir pengungsi, Anda juga korban dari situasi ini dan kami tidak akan meninggalkan Anda,” ujar Komisaris Pemekaran Uni Eropa Johannes Hahn kepada parlemen Makedonia.

“Semua negara di Uni Eropa menjadi target arus pengungsi dan memiliki tugas untuk melindungi perbatasan luar,” ujarnya.

Hahn mengatakan UE “berkomitmen penuh untuk membela Anda (Makedonia), begitu juga Serbia dan negara-negara lain dari Balkan Barat.”

Komentarnya mengenai krisis imigran terburuk Eropa dalam 50 tahun disampaikan saat data terbaru menunjukkan bahwa UE telah menerima hampir seperempat juta permintaan suaka dalam tiga bulan hingga Juni.

Puluhan ribu imigran menyerbu negara-negara Balkan untuk bisa menyeberang ke zona bebas visa UE dan menuju Jerman, yang membuka pintunya untuk para pengungsi Suriah.

Swiss Akan Tampung 1.500 Imigran

Swiss pada Jumat (18/9) mengatakan akan menampung 1.500 pengungsi dan imigran dalam dua tahun ke depan sambil memperkuat dukungan untuk pembicaraan damai Suriah, yang menurut Bern menjadi “prioritas” dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan di Eropa.

Pernyataan dari Dewan Federal mengatakan bahwa Swiss hanya akan menerima mereka “yang sudah mendaftar di Italia atau Yunani,” dua negara yang menerima mayoritas besar pengungsi yang terdampar di pantai Eropa tahun ini.

Namun Swiss tidak menyediakan lokasi tambahan untuk menampung para imigran. Hal tersebut diperjelas dengan jumlah imigran yang akan ditampung oleh negara tersebut sebanyak 1.500 dari 3.000 yang telah disepakati pada Maret.

Jumlah 1.500 imigran ini akan menambah kontribusi Swiss menjadi 40.000 pencari suaka yang telah disepakati para menteri dalam negeri Eropa untuk memukimkan mereka secepatnya.

Bern mengatakan pihaknya akan menunggu ketika para pemimpin benua berdebat soal rencana untuk memukimkan 120.000 pengungsi lagi, dengan program relokasi kedua Swiss kemungkinan dilakukan setelah perincian usulan terbaru Eropa menjadi jelas.

Sementara itu, bantuan tambahan sebesar 70 juta swiss franc (sekitar Rp1,04 triliun) akan dialokasikan untuk mengatasi krisis di Suriah, Irak dan Tanduk Afrika, ujar Bern

Belanda Serukan Kesepakatan untuk Hentikan “Asylum Shopping”

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Jumat (18/9) menyerukan perjanjian mengikat untuk merelokasi imigran di seluruh negara Uni Eropa (UE) guna menghentikan hal yang dia sebut “asylum shopping” (gelombang masuk imigran hanya ke negara-negara kaya yang memiliki kebijakan suaka menguntungkan).

Ketua komisi Uni Eropa (UE) Jean-Claude Juncker mendesak sejumlah negara-negara anggota untuk menampung 160 ribu pengungsi dari wilayah perbatasan Yunani, Hungaria dan Italia yang berjuang menghadapi krisis imigran terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.

Harapan kesepakatan mutlak untuk merelokasi pengungsi di seluruh negara anggota blok itu gagal akibat penolakan dari Hungaria, Republik Ceko, Slovakia dan Rumania dalam pembahasan krisis tingkat menteri dalam negeri di Brussels pada Senin.

“Eropa harus mencapai konsensus atas kuota relokasi mengikat,” ujar Rutte dalam konferensi pers mingguannya setelah rapat kabinet Belanda.

“Segelintir negara” gagal mendukung rencana untuk menampung imigran namun harus memikul tanggung jawab mereka.

“Kita harus menghentikan praktik asylum shopping,” kata Rutte.

“Eropa Timur juga harus memikul tanggung jawabnya,” kata Rutte.

“Lebih dari 15 tahun terakhir Eropa timur sudah bergantung pada kontribusi besar dari negara-negara Eropa lainnya, yang sudah bergabung jauh lebih lama.”

Polisi Perbatasan Slovenia Tembaki Imigran dengan Gas Air Mata

Polisi Slovenia menggunakan gas air mata pada Jumat untuk membubarkan sekelompok imigran di perbatasannya saat pemerintah negara tersebut mengatakan tengah mempertimbangkan untuk membuka koridor yang aman bagi pengungsi untuk melewati negara tersebut.

Insiden itu terjadi di perbatasan Harmica saat ratusan imigran meminta untuk diizinkan masuk ke Slovenia.

Setelah lebih dari satu jam ketegangan, polisi antihuru-hara menggunakan gas air mata untuk menghentikan imigran, beberapa membawa anak mereka, yang mendorong penjagaan polisi di jembatan perbatasan.

Bentrokan terjadi beberapa jam setelah Perdana Menteri Miro Cerar mengumumkan bahwa Slovenia kemungkinan akan mempertimbangkan pembentukan beberapa koridor aman untuk pengungsi yang ingin mencapai Eropa utara jika mereka terus berdatangan dalam jumlah besar.

“Jika tekanan terhadap pengungsi (di perbatasan tersebut) menjadi sangat kuat, Slovenia tentu akan membahas.... kemungkinan koridor dengan semua negara yang terdampak,” ujar Cerar dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan Dewan Keamanan Nasional negara tersebut.

Pemerintah Slovenia pada Jumat mencatat lebih dari 1.000 pengungsi yang memasuki negara tersebut sementara lebih dari 700 lainnya masih di perbatasan Obrezje, 20 kilometer sebelah utara Zagreb, ibu kota Kroasia, menunggu untuk diizinkan masuk. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home