Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 07:13 WIB | Senin, 22 Februari 2016

Perahu Eretan Ciliwung Penghubung Timur Selatan Masih Bertahan

Perahu Eretan Ciliwung Penghubung Timur Selatan Masih Bertahan
Alat transportasi tradisional perahu eretan yang terbuat dari batang bambu yang digunakan sebagai salah satu akses warga untuk menyeberang Sungai Ciliwung sampai saat ini masih bertahan, seperti tampak pada Minggu (21/2). Perahu eretan milik Ahmad itu sudah dari tahun 2007 sampai sekarang melayani warga yang ingin menyeberang Ciliwung sebagai bagian menjalin hubungan silaturahmi antara wilayah timur dan selatan kota Jakarta. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Perahu Eretan Ciliwung Penghubung Timur Selatan Masih Bertahan
Ahmad, atau yang akrab disapa Ahma, mengendalikan perahu eretan dengan tali tambang saat mengantar salah satu warga yang ingin menyeberang ke wilayah Condet, Jakarta Timur.
Perahu Eretan Ciliwung Penghubung Timur Selatan Masih Bertahan
Kondisi Sungai Ciliwung yang dilintasi, dengan menggunakan transportasi perahu eretan milik Ahma yang mengaku sudah dari tahun 2007 melayani warga yang ingin menyeberang.
Perahu Eretan Ciliwung Penghubung Timur Selatan Masih Bertahan
Ahma dan seorang warga saat berada di perahu eretan sebagai alat transportasi tradisional yang sampai saat ini masih bertahan di kawasan Sungai Ciliwung, Jakarta.
Perahu Eretan Ciliwung Penghubung Timur Selatan Masih Bertahan
Ahma saat mempersiapkan perahu eretannya untuk menyeberang dengan mengantarkan salah satu warga dari kawasan Pejaten Timur, Jakarta Selatan ke kawasan Condet, Jakarta Timur.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Alat transportasi perahu eretan di Sungai Ciliwung yang menghubungkan wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sampai saat ini masih bertahan. Ahmad, atau yang akrab disapa Ahma, mengaku sudah dari tahun 2007 sampai sekarang melayani warga yang ingin menyeberang dari kawasan bantaran sungai wilayah Condet, Jakarta Timur, ke kawasan bantaran Pejaten Timur, Jakarta Selatan.

“Dari dulu, dari zaman kakek, sampai orang tua, dan sampai akhirnya ke saya, sudah menjalani perahu eretan sebagai transportasi untuk menyeberang sungai,” kata Ahma, saat dijumpai di lokasi di kawasan Rawajati, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu.

Perahu eretan yang dibuat dari puluhan batang bambu itu dibelinya dengan harga Rp 1.500.000, dan sekarang kondisinya sudah tampak tidak seperti baru lagi. “Paling lama, ya, bisa sampai setahun atau lebih, tergantung kondisi bambunya,” ujarnya.

Meski masih bisa digunakan setiap hari, pemakai jasa perahu eretannya sekarang sudah tidak seramai dulu. Menurutnya, dulu anak-anak sekolah sering menggunakan perahu eretannya untuk menyeberang ke sekolah yang ada di Pejaten Timur, namun sekarang sudah jarang karena kondisi air sungai Ciliwung yang tidak menentu, lebih sering naik dan membuat sebagian anak-anak tidak berani menyeberang.

Meski jarak penyeberangan sekitar 10 sampai 11 meter, arus air sungai di sekitar kawasan tersebut cukup deras. “Ya, alhamdulillah, sampai saat ini tali tambang yang digunakan sebagai penghubung dan kendali masih cukup kuat,” kata dia. Tali tambang yang berfungsi sebagai kendali perahu diikat dari batang pohon satu ke batang pohon yang berada di seberangnya.

Tidak ada tarif pasti, namun umumnya orang membayar Rp 1.000 untuk sekali menyeberang. “Ya, kadang ada yang ngasih Rp 1.000, Rp 2.000, dan kadang Rp 5.000, tergantung orangnya. Saya sudah dari dulu jalanin perahu eretan karena memang ada kedekatan emosi antara wilayah timur dan selatan pada diri saya. Ya, sudah terima saja,” ujar Ahma yang sekarang selain melayani warga untuk menyeberang, juga disibukkan dengan memungut sampah-sampah di sungai.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home