Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 20:32 WIB | Kamis, 10 Oktober 2013

PM Libya Dibebaskan Setelah Diculik Beberapa Jam

Ali Zeidan perdana menteri Libya yang diculik kelompok bersenjata dan sudah dibebaskan. (Foto: al-Arabiya.net)

TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM - Kelompok bersenjata yang menculik perdana menteri Libya telah membebaskannya setelah menahannya selama beberapa jam sebagai balasan atas penangkapan Abu Anas al-Liby, seorang buronan lama agen Al-Qaeda yang didakwa sebagai dalang pengeboman kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania pada 1998, oleh pasukan AS pada akhir pekan ini di Tripoli.

Kelompok penculik juga menuduh perdana menteri melakukan suap di September lalu, dengan tuduhan, Zeidan mengeluarkan cek pada militer penjaga yang memblokir kilang minyak di Libya timur.

"Saya baik-baik saja, terima kasih Tuhan, "Ali Zeidan menuliskan di Twitter-nya setelah ia dibebaskan pada hari Kamis ini. "Jika tujuan dari penculikan ini supaya saya mengundurkan diri, maka saya tidak akan mengundurkan diri.

"Kami akan mengambil langkah-langkah kecil, tetapi dalam arah yang benar," tulis Ali Zeidan.

Sebelumnya Perdana Menteri Libya, Ali Zeidan, diculik dari sebuah hotel di  ibu kota negeri itu, Tripoli, dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui. Demikian sumber pemerintah mengatakan.

Seorang mantan kelompok pemberontak Libya mengatakan pada Kamis (10/10) bahwa  Zeidan ditangkap setelah pemerintahnya mengizinkan Amerika Serikat untuk menangkap pemimpin tinggi Al-Qaeda, Abu Anas Al-Liby di Tripoli akhir pekan lalu.

Dewan Operasi Revolusioner Libya mengatakan di akun Facebook bahwa pihaknya  telah menculik perdana menteri "atas perintah jaksa,"  dan menambahkan bahwa Zeidan "ditangkap di bawah hukum pidana Libya ... dengan petunjuk dari jaksa penuntut umum.”

Sebuah video masih beredar di media sosial diduga menunjukkan Perdana Menteri Ali Zeidan pada saat ia diambil dari hotelnya.

"Penangkapannya terjadi setelah pernyataan oleh John Kerry (Menteri Luar negeri Amerika Serikat-Red.) tentang penangkapan Abu Anas Al-Liby, setelah dia mengatakan pemerintah Libya mengetahui operasi itu," kata juru bicara kelompok itu.

Kelompok Bersenjata

Beberapa jam sebelum penculikan, Zeidan bertemu keluarga Al-Liby untuk mengekspresikan kekhawatirannya tentang serangan AS.  Pemerintah dalam sebuah pernyataan mengatakan mereka yakin Dewan Operasi Revolusioner itu terlibat, tetapi juga menuduh kelompok lain, Brigade untuk Melawan Kejahatan, berada di balik penculikan itu.

Kabinet dan Kongres Umum Nasional, otoritas politik Libya, yang akan mengurus situasi tersebut, kata sebuah pernyataan itu, sambil menyerukan warga untuk tetap tenang.

Amel Jerary, direktur komunikasi untuk perdana menteri mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan itu terjadi di tengah malam.  “Aku takut pada saat ini, tidak ada yang  jelas. Bagaimana hal itu dilakukan, saya benar-benar tidak memiliki informasi tentang ini. Saya yakin bahwa orang-orang yang telah melakukan ini disiapkan dengan sangat baik," kata Jerary.

Jerary membantah rumor bahwa menteri keuangan Libya juga diculik. "Ini tidak benar," katanya.

Kasus Pemboman Kedubes AS

Zeidan diambil secara paksa oleh kelompok bersenjata dari  Hotel Corinthia di ibu kota di mana dia tinggal. Penjaga keamanan  hotel menggambarkannya  apa yang terjadi sebagai  penangkapan.

Zeidan, yang menjabat perdana menteri sejak tahun lalu pada hari Selasa menyalahkan  AS bersikeras untuk mengadili semua warga Libya di AS.  Kongres Nasional Umum menuntut bahwa Washington segera  menyerahkan kembali warga Libya, serta mengklaim penangkapannya adalah pelanggaran mencolok kedaulatan negara.

Al-Liby, nama aslinya Nazih Abdul Hamed Al-Raghie, berada di daftar paling dicari FBI dengan hadiah US$ 5 juta (sekitar Rp 60 miliar) untuk kepalanya karena diduga berperan dalam dua pemboman tahun 1998 pada kedutaan besar AS di Afrika Timur.

Dia dilaporkan ditahan di atas kapal Angkatan Laut AS di Mediterania. Presiden AS, Barack Obama, mengatakan pada hari Selasa bahwa Liby terlibat dalam aksi yang menewaskan ratusan orang dan akan dibawa ke pengadilan.

Banyak warga Libya menyalahkan persaingan politik yang  mengganggu negara dibanjiri oleh kelompok-kelompok bersenjata dan persenjataan yang tersisa dari revolusi tahun 2011   yang menggulingkan Muammar Gaddafi.

Kemarahan publik tumbuh sebagai kekerasan yang meluas, termasuk pembunuhan bermotif, terutama di bagian timur negara itu. (aljazeera.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home