Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 18:24 WIB | Jumat, 10 Juli 2015

Presiden: Ekonomi Melambat, Indonesia Telan Pil Pahit Dulu

Suasana acara silaturahmi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta Convention Center Jakarta Selatan hari Kamis (9/7). (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo menyadari saat ini Indonesia sedang mengalami tantangan ekonomi yang fundamental berupa perlambatan ekonomi. Perlambatan atau percepatan ekonomi ini merupakan siklus yang selalu terjadi di negara manapun.

Pria yang akrab disapa Jokowi ini menilai ekonomi Indonesia saat ini baru mengakhiri suatu siklus dan peran pemerintah dalam menghadapinya adalah dengan mengarahkannya menuju suatu siklus ekonomi yang baru.

Dia menyebut masa peralihan itu dengan transisi fundamental.

“Perombakan ekonomi yang dilakukan pemerintah harus mendalam dan menyeluruh. Meskipun sakit dan pahit, kita tidak boleh menunda. Tidak ada kemajuan tanpa pengorbanan,” kata Joko Widodo dalam acara silaturahmi dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta Convention Center Jakarta Selatan hari Kamis (10/7).

Jokowi tidak menampik bahwa ekonomi ke depan akan semakin sulit. Namun, dia optimis bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini akan membawa kondisi perekonomian Indonesia semakin membaik dalam beberapa kwartal mendatang.

Dia berharap, masyarakat harus menyadari bahwa keadaan ini harus dilalui.

“Semua butuh proses dan waktu. Perekonomian kita membutuhkan reformasi struktural. Memang kita tidak bisa ambil jalan pintas dan tidak ada jalan pintas. Tidak bisa saya ngomong sim salabim langsung kelar masalah.”

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I – 2015 sebesar 4,71 persen atau mengalami perlambatan sebesar 0,18 persen

“Pertumbuhan ekonomi 4, 71 persen (year on year, secara perbandingan tahun) dan q to q (perbandingan triwulan) turun sebesar 0,18 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam Konferensi Pers bulanan BPS, yang berlangsung Selasa (5/5) di Gedung BPS, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta.

Suryamin menyebut salah satu faktor pemacu pertumbuhan ekonomi adalah Tiongkok yang meralat pertumbuhan ekonomi, ekspor-impor Indonesia yang tidak stabil dan pelemahan harga minyak.

Editor : Bayu Probo

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home