Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 11:50 WIB | Kamis, 10 November 2016

Reaksi Dunia pada Trump

calon dari partai Republik, Donald Trump, terpilih dalam pemilihan presiden AS 2016 mengalahkan calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. (Foto: ist)

SATUHARAPAN.COM - Respons dunia atas kemenangan ‘’mengejutkan’’ Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat sangat beragam, termasuk penolakan dan sinyal negatif, dan perkiraan meningkatnya ketidak-pastian.

Para pemimpin dunia telah mengucapkan selamat kepada Trump dan rakyat AS. Proses demokrasi di AS telah membawa rakyat negara itu memilih pemimpin mereka untuk empat tahun ke depan. Hillary Clinton, rival dalam pemilihan presiden ini, juga telah meneruskan tradisi negara itu dengan mendahului mengucapkan selamat pada presiden terpilih.

Meskipun secara umum banyak negara menyatakan siap bekerja sama dengan AS di bawah Trump, sejumlah pemimpin dunia tampaknya melihat jalan di depan mungkin akan tidak lebih mudah. Sebagian besar menyoroti masalah stabilitas dan keamanan dunia.

Hal ini muncul karena Trump dalam kampanye menyatakan menolak imigran, berbicara yang menyinggung masalah ras dan keyakinan, yang dikhawatrikan akan mewanai kebijakan AS dalam politik internasional.

Presiden Indonesia, Joko Widodo, menyatakan menghormati proses pemilihan di AS, dan siapapun yang dipilih rakyat AS. Terpilihnya Trump dikatakan tidak akan mengganggu hubungan baik yang terjalin selama ini antara kedua negara, terutama di bidang perdagangan dan investasi.

Iran Fokus Soal Nuklir

Iran tahun ini memperingati 40 tahun revolusi Iran, dan di tengah aksi massa di ibu kota, Teheran, terdengar teriakan ‘’Matilah Amerika dan Israel!’’ dari tengah-tengah kerumuman massa. Namun sejauh ini belum terdengar ucapan selamat datang dari negara itu kepada pemimpin baru AS itu.

Sebelumnya terkait pemilihan presiden AS, Presiden Iran, Hassan Rouhani, seperti dilaporkan kantor berita IRNA,menyatakan tentang sikap Iran yang ingin AS mencabut sanksi atas sengketa nuklir. Iran menilai AS tidak bisa mengubah situasi dalam negeri mereka. AS melemah karena kebijakan yang salah dan menyebabkan kesenjangan masyarakat internasional

Sementara itu Suriah, sekutu utama Iran yang mendapat dukungan finansial dan militer dalam perang saudara selama lebih dari lima tahun, belum menyampaikan sikap. Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, selama ini mengecam Barat, terutama AS yang terlibat dalam perang di negaranya dengan mendukung kelompok pemberontak yang disebutnya sebagai teroris.

Namun Presiden Irak, Fuad Masum, telah menyampaikan ucapan selamat kepada Trump, dan menyatakan keinginan untuk meningkatkan kerja sama dengan AS. Irak memperoleh dukungan dari koalisi internasional yang dipimpin AS untuk melawan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

Isu Yerusalem

Dari Israel, kemenangan Trump tampaknya disambut dengan antusias, terutama karena Trump dalam kampanye mengatakan bahwa dia mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Irsael. Para menteri dalam pemerintahan Israel dan tokoh politik, seperti dilaporkan Time of Israel, disebutkan mendorong Trump secepatnya memenuhi janji.

Jika itu terwujud, hal ini akan mengubah kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. dan meminta untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dia mengharapkan hubungan yang lebih tinggi dengan AS di bawah Trump.

Penasihat Trump untuk Israel dan Timur Tengah, David Friedman, mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa Trump akan menindaklanjuti janjinya. "Kami akan melihat hubungan yang sangat berbeda antara Amerika dan Israel dengan cara yang positif," katanya.

Masalah ini tentu saja menjadi kabar bukur bagi Palestina. Presiden Otorita Palestina, Mahmoud Abbas, telah mengucapkan selamat atas terpilihnya Trump. Namun dalam sebuah pernyataan disampaikan bahwa Trump diminta mewujudkan "perdamai" selama masa jabatannya, seperti dikutip dari kantor berita resmi Palestina.

Juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan Palestina akan bekerja sama dengan presiden AS untuk mewujudkan solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.

Sementara itu, gerakan Hamas yang menguasai jalur Gaza, mengatakan tentang perkiraan AS akan memiliki kebijakan yang lebih "bias." Namun Hamas berharap Trump untuk "mengevaluasi kembali" sikapnya pada isu Palestina.

Abu Rudeineh mengatakan perdamaian Palestina harus didasarkan pada kemerdekaan negara Palestina menurut perbatasan (wilayah) tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.

"Pemerintah AS harus menyadari bahwa mencapai perdamaian dan keamanan di kawasan itu terwujud dengan memecahkan masalah Palestina secara adil dan solusi yang disahkan internasional, dan juga mengarah pada dihentikannya kekacauan dan ekstremisme di dunia," kata dia.

Bukan Jalan Mudah

Para pemimpin dunia lainnya telah mengampaikan selamat pada Trump dan menyatakan siap bekerja sama dengannya. Hal ini disampaikan oleh Pemerintah Inggris, Tiongkok, Jerman, Italia, Jepang, Rusia, Hongaria, Malaysia, Filipina, Mesir dan Uni Eropa.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyampaikan bahwa hubungan dengan AS mukin tidak mudah di bawah Trump, meskipun Trump dikenal memiliki banyak bisnis di Rusia dan juga pernah memuji Putin.

"Ini bukan jalan yang mudah, tapi kami siap untuk melakukan bagian kami dan melakukan segalanya untuk kembali membangun hubungan Rusia dan Amerika pada jalur yang stabil untuk pembangunan," kata Putin.

Raja Salman, dari Arab Saudi mengucapkan selamat pada Trump melalui pembicaraan telefon. Dia mengharapkan hubungan historis dan strategis dengan AS diharapkan untuk membawa perdamaian di Timur Tengah, menurut kantor berita resmi Saudi, SPA.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Theresa May mengatakan "hubungan khusus dan abadi" antara Inggris dan Amerika Serikat akan tetap utuh.

Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan kepada Trump bahwa setiap "kerjasama yang erat" antara kedua negara harus didasarkan pada nilai-nilai demokrasi bersama. Dia juga mengingatkan tentang tanggung jawab global yang diemban AS.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan tentang hubungan demngan AS yang lebih dalam terkait perubahan politik. ‘’Kami akan terus bekerja sama, menemukan kembali kekuatan Eropa,’’ katanya dalam akun Twitter. Sementara Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan pemimpin AS selalu penting, dan NATO yang kuat untuk AS maupun Eropa. "

Perdana menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan Jepang dan AS adalah sekutu yang tak tergoyahkan yang diikat oleh nilai-nilai umum seperti kebebasan, demokrasi, hak asasi manusia dan supremasi hukum.

Respon dari Vatikan fokus pada harapan untuk perdamaian global. Paus Fransiskus tidak berbicara tentang pemilihan presiden AS, namun sekretaris negara, Kardinal Pietro Parolin, menyampaikan selamat kepada Trump, dan menyebutkan bahwa "pemerintah dapat benar-benar berbuah."

Sinyal Negatif

Meskipun menyatakan selamat dan kesiapan bekerja sama dengan AS di bawah Trump, banyak pejabat tinggi negara menyampaikan pandangan yang lain. Mereka menunjukkan sinyal negatif atas terpilihnya Trump di bidang demokrasi dan toleransi dunia.

Presiden Prancis, Francois Hollande, pernah mengatakan Trump membuatnya ingin muntah. Dia memperingatkan bahwa kemenangan menakjubkan oleh miliarder dari Partai Republik dalam pemilihan presiden AS itu bisa "membuka masa ketidakpastian."

"Trump adalah pelopor gerakan internasional baru yang otoriter dan chauvinis. Dia juga peringatan bagi kita," kata Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel, dalam sebuah wawancara dengan kelompok media, Funke.

"Dunia tidak akan berakhir, tetapi akan menjadi lebih gila," kata Menteri Kehakiman Jerman, Heiko Maas, dalam akun Twitter. Dia dari Partai Demokrat Sosial (SPD) yang berkoalisi dengan partai konservatif pimpinan Merkel.

Presiden Parlemen Eropa, Martin Schulz, mengatakan terpilihnya Trump akan membuat pekerjaan yang "sulit" bagi Uni Eropa. Tetapi diakui bahwa "dia adalah presiden yang dipilih secara bebas."

Dari dalam negeri AS, terlihat penolakan pada terpilihnya Trump. Ribuan pengunjuk rasa mengglar protes di berbagai kota di seluruh wilayah AS pada hari Rabu (9/11). Mereka turun ke jalan menolak terpilihnya Trump, dan mengatakan "Bukan presiden saya!"

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home