Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 19:09 WIB | Selasa, 03 Desember 2013

Rupiah Selasa Sore Terdepresiasi ke Rp 11.884 IHSG Turun

Foto: Istimewa

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (3/12) sore bergerak terdepresiasi sebesar 377 poin menjadi Rp 11.884 dibanding posisi sebelumnya (2/12) Rp 11.507 per dolar AS.

"Meski rupiah melemah, namun kondisinya masih cenderung stabil menyusul sentimen positif di dalam negeri terkait inflasi dan neraca perdagangan Indonesia masih cukup positif, kondisi itu menahan tekanan rupiah lebih dalam," kata analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan koreksi mata uang domestik juga dipicu dari faktor teknikal setelah rupiah mengalami penguatan cukup signifikan pada perdagangan awal pekan (Senin, 2/12).

Menurut Rully, pergerakan rupiah selanjutnya akan ditentukan oleh data tenaga kerja AS, data itu akan memberikan sinyal bagi pelaku pasar untuk mengantisipasi the Fed dalam mengambil kebijakan moneternya.

"Saat ini pelaku pasar uang cenderung sedang menanti data ketenagakerjaan AS yang rencananya akan dipublikasikan pada akhir pekan ini. Kalau data tenaga kerja AS diluar ekspektasi pasar maka diproyeksikan pengurangan stimulus (tappering off) the Fed akan diundur, namun jika sebaliknya akan dipercepat," ucapnya.

Ia memproyeksikan bahwa pada perdagangan besok (Rabu, 4/12) nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 11.650--Rp 11.950 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS kembali menguat seiring dengan investor mempertimbangkan sinyal menguatnya perekonomian AS akan cukup positif sehingga pemangkasan stimulus the Fed dapat dilakukan dengan cepat.

"Data AS akan menjadi penentu arah pergerakan mata uang berkembang," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp11.830 dibanding sebelumnya (2/12) di posisi Rp 11.946 per dolar AS.

IHSG 

Faktor teknikal mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa ditutup terkoreksi sebesar 33,21 poin.

IHSG BEI ditutup turun sebesar 33,21 poin atau 0,77 persen ke posisi 4.288,76, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 5,67 poin (0,79 persen) ke level 714,08.

"Pelemahan indeks BEI pada Selasa ini merupakan koreksi yang "sehat" setelah mengalami lonjakan kenaikan cukup signifikan pada perdagangan kemarin (2/12)," kata Analis PT Anugerah Sekurindo Indah, Bertoni Rio di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan potensi indeks BEI untuk kembali menguat masih terbuka meski dibayangi pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung kembali terdepresiasi.

"Rupiah bisa tertekan dipicu dari isu pengurangan stimulus (tappering oof) the Fed yang kembali mencuat," kata dia.

Ia menambahkan bahwa tekanan yang terjadi di bursa Eropa dan mayoritas bursa Asia juga dapat mendorong pelaku pasar saham di dalam negeri mengambil langkah antisipatif dengan melepas portofolio sahamnya.

Ia memproyeksikan bahwa indeks BEI akan bergerak di kisaran 4.260-4.320 poin pada Rabu (3/12).

Sementara itu, Analis HD Capital Yuganur Wijanarko mengatakan bahwa pelaku pasar disarankan untuk mengamati secara detail pergerakan bursa Dow Jones dan nilai tukar rupiah, hal itu akan menjadi faktor penentu arah IHSG pada pekan ini.

"Bila koreksi bursa Dow Jones dan pelemahan rupiah berlanjut maka IHSG akan sulit melanjutkan penguatan," papar dia.

Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 119.174 kali dengan volume mencapai 4,28 miliar lembar saham senilai Rp3,89 triliun. Efek yang naik sebanyak 90 saham, 164 saham melemah, dan sebanyak 100 saham tidak bergerak harganya.

Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng melemah 128,08 poin (0,53 persen) ke level 23.910,47, indeks Nikkei-225 naik 94,59 poin (0,60 persen) ke level 15.749,66 dan Straits Times menguat 0,77 poin (0,05 persen) ke posisi 3.189,41. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home