Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 18:27 WIB | Rabu, 24 Agustus 2022

Rusia Ajak Negosiasi, Ukraina Sebut Itu Jeda untuk Serangan Baru

Tentara Rusia berpatroli di bagian yang hancur dari Pabrik Metalurgi Pekerjaan Besi & Baja Illich di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, Rabu, 18 Mei 2022. (Foto: dok. AP)

KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia sedang mencoba untuk membawa Ukraina ke dalam pembicaraan baru untuk mengulur waktu dalam mengumpulkan kembali pasukan sehingga dapat melancarkan serangan baru, seorang penasihat presiden Ukraina mengatakan kepada AFP, hari Senin (21/8).

Selama beberapa pekan sampai sekarang, Kremlin telah “berusaha meyakinkan Ukraina untuk masuk ke dalam negosiasi”, kata Mykhaylo Podolyak kepada AFP, saat bulan keenam perang hampir berakhir.

Selama pembicaraan semacam itu, Moskow ingin "membekukan konflik sambil mempertahankan status quo di wilayah Ukraina yang diduduki", tambahnya.

Rusia “mengirim proposalnya melalui berbagai perantara”, katanya, tanpa menyebut nama mereka, karena Kiev saat ini tidak memiliki kontak politik dengan Rusia.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang bertemu dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin pada awal Agustus, dalam beberapa kesempatan mengatakan dia siap untuk bertindak sebagai perantara.

Erdogan mengunjungi Ukraina pada hari Jumat (19/8) untuk pertama kalinya dalam enam bulan.

Posisi Ukraina adalah, pada kenyataannya, Moskow tidak benar-benar menginginkan pembicaraan damai yang serius, kata Podolyak. Sebaliknya, katanya, mereka mencoba untuk mendapatkan "operasi jeda untuk pasukannya" sebelum meluncurkan serangan baru.

Kiev telah menolak solusi yang dinegosiasikan untuk wilayah Ukraina di bawah pendudukan Rusia. Ia ingin merebut kembali wilayah itu, serta wilayah yang dipegang oleh separatis Rusia di timur, dan Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.

“Semua skenario lain… hanya mewakili jeda operasional yang berbahaya sebelum babak baru perang,” kata Podolyak. "Ukraina akan melawan selama diperlukan," tambahnya.

“Ini perang eksistensial, kami tidak punya solusi lain. Meninggalkan pertempuran berarti tidak hanya penghancuran negara Ukraina, tetapi juga semua warga sipilnya.”

Pembicaraan pertama antara kedua belah pihak pada pekan-pekan awal perang tidak membuahkan hasil yang nyata. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home