Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 00:00 WIB | Jumat, 27 Desember 2013

Salah Satu Pelatih Kemukakan Kekurangan Renang Indonesia

Cyrus Crews, pelatih klub renang Bina Taruna Purwokerto (foto: Prasasta Widiadi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Cyrus Crews, seorang pelatih klub renang Bina Taruna Purwokerto mengatakan salah satu faktor kekurangan renang Indonesia. Cyrus mengatakan kepada satuharapan.com pada Jumat (27/12) di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta di sela-sela menemani anak asuhnya di pinggir kolam untuk melakukan pemanasan.

“Semua ada potensi (untuk menjadi atlet), aku kadang-kadang kasihan dengan Indonesia karena memilih atlet terlalu elit, memilih atlet hanya dari juara saja,” kata Cyrus.

Cyrus mengemukakan bahwa kendala regenerasi renang tidak dapat dilakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan PRSI saat ini, yakni berdasar track dan record yang lama.

“Sementara ini di Indonesia, banyak atlet yang asalnya dari kelompok umur seperti ini pasti akan berubah terus kemampuannya, dan terkadang, setiap tahun dapat berubah prestasinya, setiap tahun ada bintang besar dari setiap daerahnya,” lanjut Cyrus.

Bahkan Cyrus mengatakan ada yang sebenarnya berpotensi menjadi juara walau perenang tersebut berada di peringkat ke-20 nasional atau di daerahnya.

“Sekarang ada yang bisa juara (walau) di peringkat ke-20, atau ke-50. Ada juara lima puluhan,” tambah Cyrus.

Cyrus membandingkan antara yang terjadi di Indonesia, dan olahraga aquatic di Amerika, Eropa, dan Australia dalam hal pembinaan dan regenerasi. 

“Nah kalau kita lihat masalah dalam aquatic di Amerika, Eropa, dan Australia yang merupakan negara besar penguasa olahraga aquatic, mereka hanyalah masalah kepada atletnya yang nakal kadang doping. Akan tetapi sistem pembinaan (regenerasi) akan lebih inklusif, dan negara-negara itu akan membuat program dengan atlet secara terbuka dan tidak hanya mengkhususkan atlet elit bukan cuma atlet juara,” lanjut Cyrus. 

Cyrus mengatakan kalau memilih seorang atlet yang akan berlaga mewakili negara di ajang internasional, hanya dari atlet yang selalu peringkat satu saja maka itu tidak akan membantu perenang-perenang yang usianya lebih muda.

“(Saya melihat) memilih atlet hanya dari juara saja, nah sedangkan banyak atlet yang berasal dari kelompok umur seperti ini pasti akan berubah terus dan terkadang, setiap tahun dapat berubah, setiap tahun kadang-kadang ada bintang besar,” lanjut Cyrus.  

Cyrus mengatakan renang di Indonesia saat ini belum long-term, karena pemerintah nyaris tidak mungkin memanggil seorang atlet yang masih muda dan di bawah 17 tahun, dan masih menempati peringkat bawah dari peringkat renang nasional di Indonesia maka anak tersebut biasanya tidak dipanggil

“Sebenarnya ada anak yang potensi, tetapi kok masih nggak dipanggil,” lanjut Cyrus.

Cyrus merupakan pelatih klub renang Bina Taruna Purwokerto yang berpartisipasi pada berpartisipasi pada (KRAPSI) ke-35 2013 yang dipertandingkan di Kolam Renang Gelora Bung Karno, Jakarta.  KRAPSI diikuti sekitar kurang lebih 1.200 perenang dari seluruh Indonesia dan akan dilaksanakan di Gelora Bung Karno pada Kamis-Minggu, 26-29 Desember 2013.

Bina Taruna Purwokerto berangkat mengikuti ajang kejuaraan renang yang diselenggarakan oleh Millennium Aquatic Club ini dengan personel masing-masing delapan atlet, enam putri, dua putra.

“Semua berlatih keras dari enam bulan lalu sudah pilih tim untuk kejuaraan ini, dan saya senang karena tidak ada yang bolos (saat latihan), dan penting bagi saya karena perlombaan ini memacu waktu. Kita selalu pikir bahwa ajang ini adalah ajang yang lebih besar dari Jawa Tengah, dan ajang ini lebih penting,” tutup Cyrus.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home